SETIAP makhluk hidup pasti membutuhkan makan, termasuk manusia. Hanya saja, manusia diberi akal untuk berpikir memilih makanan yang baik, juga memiliki lidan untuk merasakan kenikmatan makanan pilihannya. Ya, manusia bisa membedakan makanan yang enak yang sesuai dengan seleranya dan mana yang tidak.
Di balik sikap baiknya manusia, terdapat sisi keburukan. Salah satu sisi keburukan dari kebanyakan manusia ialah tidak bisa menjaga lisan. Lisan ini bagaikan pedang tak bertulang, menusuk begitu tajam tapi tak terasa saat diucapkan, tau-tau sudah ada yang terluka. Termasuk kepada makanan.
Makanan merupakan karunia dari Allah. Tapi, tak sedikit orang yang tidak suka terhadap makanan tertentu malah mencelanya. Padahal, hal demikian tidak baik untuk dirinya. Islam mengajarkan kita untuk menjaga lisan dari mencela makanan.
Dari Abu Hurairah dia berkata, “Rasulullah ﷺ sama sekali tidak pernah mencela makanan. Jika beliau menginginkannya, beliau memakannya. Dan jika beliau tidak menginginkannya, beliau meninggalkannya.”
Dari Jabir bin Abdullah bahwa Rasulullah ﷺ menanyakan lauk kepada keluarga beliau, mereka berkata, “Kami hanya memiliki cuka, maka beliau memintanya,” beliau pun memakannya dan bersabda, “Lauk yang paling enak adalah cuka. Lauk yang paling enak adalah cuka.” []
Referensi: Ruqyah Jin, Sihir dan Terapinya/Karya: Syaikh Wahid Abdussalam Bali/Penerbit: Ummul Qura