Oleh: Faqih Al Fadlil
Guru di MILBoS Internasional
faqihalfadlil97@gmail.com
MANUSIA terlahir dengan keadaan yang berbeda-beda. Kita tida bisa memilih menjadi anak siapa. Kita juga tidak bisa menentukan keluarga kita siapa. Kita hanya bisa pasrah dan menerima apa yang sudah ditentukan oleh Allah. Karena semua itu sudah tertulis jauh-jauh hari sebelum kita semua terlahir di dunia.
Kita bayangkanlah hidup ini seperti film. Setiap orang memiliki peran masing-masing. Dan setiap orang memiliki kekhususan tersendiri dibanding dengan yang lain. Maka kita lihat ada yang jadi Presiden, milyader, pebisnis, insinyur, menteri, atau bahkan menjadi tukang becak, guru, pedagang asongan, dan lain-lain.
BACA JUGA: Mengeluh Dapat Mengikis Kebahagiaan
Maka tugas kita di dunia ini bukan tentang siapa kita. Tetapi apa yang kita lakukan. Karena manusia kan menghadapi takdirnya masing-masing. Sebagus apakah peran kita di dunia, maka seperti itulah yang akan kita dapatkan di akhirat. Itulah yang dialami oleh seorang pemain film profesional. Bukan perannya siapa, tapi bagaimana.
Mungkin di dunia dia hanyalah seorang penjual cireng. Tapi dia bekerja keras untuk menghidupi keluarga karena Allah dan tidak pernah lupa menjalankan kewajibannya sebagai seorang hamba. Di sisi lain kita lihat para pejabat yang memiliki harta dan tahta di genggamannya. Namun dia lupa peran dia sebagai seorang hamba. Hingga dia tergelincir ke dalam kenistaan yang sangat dibenci Allah.
Terkadang kita merasa hidup kita masih kurang. Kita selalu mengeluh dengan keadaan kita. Merasa belum atau tidak puas dengan apa yang telah didapat. Sehingga muncul rasa iri kepada orang di luar sana yang memiliki kehidupan mewah dan glamour.
Namun perlu kita ketahui, kehidupan mereka yang nampak bahagia itu belum tentu kenyataanya demikian. Apa yang kita lihat dari sosial media tentang kehidupan seseorang belum tentu demikian dalam kehidupan nyata. Jangan pernah tertipu. Bisa jadi malah terjadi sebaliknya dari pengelihatan kita.
Ingat, ketika kita merasa kurang dengan pendapatan, sesungguhnya orang-orang di luar sana jauh lebih mebutuhkan dari kita. Apalagi orang-orang yang berada di negeri perang, jangankan mobil mewah, makan saja mungkin sanagat sulit. Jangankan rumah megah, sembunyi dari serang bom saja bisa jadi sangat susah.
Sungguh, kehidupan yang kita keluhkan saat ini, bisa jadi sesuatu yang sangat diharapkan orang lain di luar sana.
Maka jangan pernah bersyukur. Karena kunci kebahagiaan adalah bagaimana cara kita mensyukuri semua yang telah diberikan oleh Allah kepada kita. Setiap orang memiliki jatah. Tidak perlu pening memikirkan jatah orang lain yang mungkin lebih banyak dari jatah kita.
Dunia hanyalah tempat ujian. Kita semua diuji di dunia. Apakah kita sebagai manusia bisa lulus atau tidak. Dan ujian itu macam-macam contohnya adalah soal biaya hidup.
BACA JUGA: Ketika Kita Mengeluh
Allah selalu mengingatkan kita bahwa barangsiapa yang mensyukuri nikmat-Nya, maka akan ditambah. Sebaliknya, bila kita mengingkari, maka azab-Nya sungguh sangat pedih. Tidak masalah hidup kita pas-pasan.
Semua yang ada di dunia hanyalah sementara. Tidak akan kekal abadi selamanya. Bila kita semua mampu menghadapi dan melewati semua ini, maka akan diganjar dengan pahala yang besar. Dan mungkin saja itu adalah salah satu kunci untuk bisa masuk surga-Nya.
Intinya adalah jangan lupa bersyukur. Tidak ada gunanya mengeluh dengan keadaan yang belum sampai pada impian. Juga tidak akan pernah merubah keadaan. Yang ada hanya mengecilkan hati dan pikiran hingga menjadi sedih dan galau.
Manusia itu punya pilhan dalam hidup. Maka mau memilih bahagia atau sedih selamanya? Saya harap kita semua memilih pilihan yang tepat. []