BANYAK orang menikah dengan alasan yang berbeda-beda. Dari keinginan menikah karena sudah lama sendiri, merasa kesepian dan membutuhkan teman, ingin kehidupan lebih terjamin, hingga keinginan untuk segera menggendong bayi.
Namun, setelah menikah sebagian orang justru menyesali keputusan tersebut. Ini lantaran mereka menikah karena alasan yang salah. Lalu bagaimana cara memastikan apakah pilihan seseorang untuk menikahi calon pasangannya adalah keputusan yang tepat?
BACA JUGA: Ketika Suami Menikah Lagi
Apakah alasan menikah yang salah bisa membuat kehidupan rumah tangga jadi tidak harmonis di kemudian hari?
Menikah adalah sebuah keputusan besar, butuh pertimbangan yang matang
Menikah bisa jadi prosesi terindah yang akan dikenang seumur hidup. Bagi beberapa orang, menikah adalah gerbang utama menuju kehidupan yang benar-benar baru.
Ternyata, pernikahan juga bisa jadi adalah gerbang menuju berbagai kondisi kesehatan yang baru. Pernikahan memang terbukti bisa memberikan berbagai manfaat. Namun, pernikahan tidak sehat terbukti membawa orang yang mengalaminya terkena berbagai penyakit.
Sebuah studi tahun 2005 yang dikutip dari WebMD membuktikan bahwa pernikahan yang tidak memuaskan bagi pasangannya, meningkatkan tingkat stres dan memperburuk kesehatan. Studi lain yang dikutip dari sumber yang sama menyebutkan bahwa orang-orang dengan hubungan yang tidak bahagia berisiko terkena penyakit jantung.
Memang, studi di atas tidak membuktikan secara mutlak bahwa pernikahan yang baik akan membuat Anda sehat dan sebaliknya, pernikahan yang buruk akan membuat Anda sakit. Namun, pada intinya pernikahan yang buruk tidak baik bagi Anda.
Sebenarnya, Anda bisa mencegah hubungan pernikahan yang tidak sehat ini sejak awal. Pencegahan bisa dilakukan sejak Anda baru berpikir untuk akan menikah. Alasan menikah yang tidak tepat bisa jadi akan membuat hubungan pernikahan Anda ke depan menjadi tidak sehat atau tidak harmonis.
Yakin Anda mau mengikat janji seumur hidup karena alasan-alasan ini?
Sebelum menikah, ada beberapa pertimbangan yang biasa dipikirkan oleh setiap pasangan. Tentunya ada berbagai harapan dan fantasi yang berkembang yang terbentuk dari hubungan yang sedang dijalani sebelum menikah. Harapan tersebut sering dijadikan pertimbangan yang paling berat untuk memutuskan menikah atau tidak.
Misalnya saja, “Walaupun baru kenal, kami merasa sudah saling mengenal sejak lama sekali,” atau, “Aku pasti bakal hidup bahagia dengannya selamanya,”.
Ternyata, harapan-harapan tersebut belum tentu jadi alasan menikah yang cukup kuat. Pasalnya, pemikiran seperti itu muncul akibat aktivitas hormon pada otak yang membuat Anda merasa nyaman untuk sementara.
Namun, di kemudian hari setelah beberapa waktu menjalani pernikahan, Anda bisa jadi akan mendapatkan kenyataan-kenyataan lain yang berbeda dari apa yang Anda impikan di awal. Dengan kata lain, alasan-alasan di atas adalah alasan yang tidak tepat untuk memulai pernikahan.
Shauna H Springer Ph.D., seorang psikolog dari VA Northern California Relationship Seminar Series yang mendalami isu pernikahan, mengemukakan pendapatnya terkait alasan untuk menikah di Psychology Today. Menurut Shauna, ada tiga alasan yang kurang tepat untuk menikah. Lebih jelasnya, simak ketiga alasan tersebut di bawah ini.
1 Menikah karena cemas
“Semua teman-teman SD, SMP, dan SMA sudah melepas masa lajangnya. Masa aku belum?” Sering berpikiran seperti ini? Atau Anda pernah mempertimbangkan hal ini, “Dia datang ke aku dan langsung bicara, jelas ini kesempatan emas. Kalau tidak aku terima sekarang, aku tidak yakin akan ada kesempatan lain nantinya.”
Pernyataan-pernyataan di atas didasari oleh rasa takut dan cemas. Anda mungkin ketakutan bahwa kalau tidak segera menikah, maka Anda akan ketinggalan dari orang-orang dan tidak akan berhasil dalam hidup. Atau Anda percaya bahwa dengan menikah, perasaan ketakutan itu akan hilang segera.
Orang-orang yang memiliki alasan di atas, bisa jadi sangat percaya bahwa pasangan yang akan dinikahinya merupakan “obat” bagi ketakutan-ketakutan Anda.
Namun, ketika perasaan takut itu ternyata tidak hilang, otak akan menyatakan bahwa “obat” Anda tidak manjur. Dampaknya bisa jadi adalah umur pernikahan yang hanya seumur jagung.
2 Menikah karena merasa ada yang kurang dari hidup atau diri Anda sendiri
“Dia cinta mati sama aku dan dia akan selalu membuat aku merasa spesial.” Apakah kalimat ini menggambarkan perasaan Anda terhadap pasangan? Atau Anda ingin bergegas menikah karena Anda butuh jaminan bahwa ada orang yang mau dengan Anda?
Bila Anda ingin menikah karena alasan-alasan tersebut, bisa jadi Anda adalah orang yang kurang percaya diri. Anda berharap bahwa dengan menikah, Anda bisa mengisi suatu kekosongan dalam diri Anda.
Anda percaya bahwa satu-satunya hal yang bisa membuat Anda cukup berharga di mata orang lain atau di mata Anda sendiri adalah status sebagai suami atau istri seseorang.
Padahal, belum tentu calon pasangan Anda adalah orang yang tepat buat Anda. Bisa juga dalam hati sebenarnya Anda belum siap berkomitmen penuh dengan orang lain, tapi Anda tak kuasa menahan hasrat untuk segera menikah.
3 Menikah supaya hidup jadi lebih mudah
Mengapa Anda ingin menikah? Supaya ada orang yang akan membelikan rumah atau membantu Anda mencicil KPR? Atau supaya ada orang yang akan memasak buat Anda setiap hari?
Atau karena Anda sudah lelah bolak-balik mencari pasangan tanpa kepastian? Bisa juga karena hanya dengan menikah, Anda bisa melakukan hal-hal yang sepatutnya dilakukan sepasang suami istri.
Berbagai alasan menikah di atas disebut dengan alasan pragmatis. Bila Anda termasuk orang yang pragmatis, maka sederhananya Anda menikahi pasangan karena itu menguntungkan buat Anda.
Jangan salah kaprah. Sah-sah saja, kok, kalau Anda menikah karena punya kebutuhan tertentu yang harus dipenuhi.
Namun, alasan menikah seperti itu tidak sehat bila Anda jadi mengabaikan faktor-faktor penting lainnya dalam mengambil keputusan menikah. Misalnya Anda sebenarnya belum begitu mengenal sifat-sifat calon pasangan atau keluarganya secara mendalam.
Tidak jarang pasangan yang menikah karena alasan-alasan pragmatis tersebut akhirnya merasa tidak puas dengan pernikahannya.
Pasalnya, di tengah-tengah pernikahan, Anda mungkin baru menyadari bahwa hubungan yang sehat itu bukan cuma urusan masakan yang enak atau rumah mewah saja. Anda harus bisa menyatukan dua pribadi yang berbeda dan hal ini memang tidak mudah.
Bagaimana kalau saya sudah terlanjur menikah karena alasan yang salah?
Buat orang yang saat ini sedang mengalami masalah rumah tangga, memang mudah untuk merasa putus asa. Apa pun alasan menikah Anda dulu, saat ini ibaratnya nasi telah menjadi bubur.
Namun, bukan berarti hubungan pernikahan Anda sudah tidak bisa diselamatkan lagi. Masih ada banyak hal yang bisa Anda usahakan untuk memperbaiki kesalahan pada masa lalu dan masa kini, demi masa depan yang lebih baik.
BACA JUGA: 8 Tujuan Menikah dan Berkeluarga
- Jangan remehkan stres yang Anda alami. Coba cari cara untuk mengatasinya. Mengatasi stres bersama tentu lebih ringan dibandingkan dengan mengatasinya sendiri.
- Terbuka soal perasaan Anda. Cobalah untuk berbicara dengan baik tentang apa yang sedang Anda rasakan. Meskipun itu adalah kenyataan yang cukup pahit, misalnya Anda merasa jenuh dengan pasangan. Memendam perasaan yang sedang Anda rasakan dari pasangan Anda tidak akan menyelesaikan persoalan yang ada.
- Dengarkan dengan baik curhatan pasangan. Jika pasangan Anda sedang bercerita mengenai berbagai hal, cobalah untuk mendengarkan dan tanggapilah dengan baik. Sikap cuek tentu tidak disukai oleh pasangan.
- Berhenti saling menyalahkan. Masalah pada hubungan pernikahan bisa jadi terkesan terus muncul tanpa henti. Fokuslah pada penyelesaian dan hindari saling menyalahkan satu sama lain.
- Saling menghargai. Ketika sedang putus asa, Anda mungkin jadi berpikiran negatif terus. Nah, sekarang cobalah untuk melihat lebih jeli berbagai peran penting pasangan dalam hidup Anda. Hargai pasangan Anda karena perannya tersebut. Karena itu, hal-hal kecil yang dilakukan pasangan seperti memasak atau menyetir jangan sampai Anda sepelekan.
- Biarkan waktu yang mengobati. Tidak semua perkataaan atau perbuatan menjengkelkan dari pasangan harus Anda tanggapi dengan serius, bahkan diungkit-ungkit. Ada berbagai masalah lain yang tentu lebih besar, yang bisa jadi muncul ke depan. Sesekali, biarkan Anda lupa dengan sendirinya. Intinya, jangan kalah oleh emosi atau ego Anda sendiri. []
SUMBER: HELLOSEHAT