Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tiga hal, bila ketiganya ada pada diri seseorang, niscaya ia merasakan betapa manisnya iman: Bila Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai dibanding selain dari keduanya, ia mencintai seseorang, tidaklah ia mencintainya kecuali karena Allah, dan ia benci untuk kembali kepada kekufuran setelah Allah menyelamatkan dirinya, bagaikan kebenciannya bila hendak diceburkan ke dalam kobaran api.” (Muttafaqun ‘alaih)
Suatu hari Abdurrahman bin Abu Bakar radhiallahu ‘anhu bepergian ke Syam untuk berniaga. Di tengah jalan, ia melihat seorang wanita berbadan semampai, cantik nan rupawan bernama Laila binti Al Judi. Tak perlu menunggu waktu yang lama, panah asmara Laila melesat dan menghujam hati Abdurrahman bin Abi Bakar.
Maka sejak hari itu, Abdurrahman tak kuasa menahan perasaannya, sehingga ia sering kali merangkaikan bair-bait syair, untuk mengungkapkan jeritan hatinya.
BACA JUGA: Ketika Sa’ad bin Rabi` Menawarkan Separuh Hartanya untuk Abdurahman bin Auf
“Aku senantiasa teringat Laila yang berada di seberang negeri Samawah
Duhai, apa urusan Laila bintu Al Judi dengan diriku?
Hatiku senantiasa diselimuti oleh bayang-bayang sang wanita
Paras wajahnya slalu membayangi mataku dan menghuni batinku.
Duhai, kapankah aku dapat berjumpa dengannya,
Semoga bersama kafilah haji, ia datang dan akupun bertemu.”
Karena begitu sering ia menyebut nama Laila, sampai-sampai Khalifah Umar bin Al Khattab radhiallahu ‘anhu merasa iba kepadanya.
Namun siapa sangka, ia mendapat kabar baik dari ayahnya. Keberhasilan Khalifah Umar dengan mengutus pasukan perang untuk menundukkan negeri Syam, berbuah manis. Karena diantara para tawanan, terdapat wanita yang diidamkan oleh Abdurahman, laila.
BACA JUGA: Umar bin Khattab Pertanyakan Kereta Kencana Milik Mu’awiyah
Maka, impian Abdurrahman pun segera terwujud. Maka atas perintah Khalidah, Laila yang telah menjadi tawanan perangpun segera diberikan kepada Abdurrahman.
Begitu cintanya Abdurrahman kepada Laila, sampai-sampai ia melupakan istri-istrinya yang lain. Merasa tidak mendapatkan perlakuan yang sewajarnya, maka istri-istrinya yang lainpun mengadukan perilaku Abdurrahman kepada ‘Aisyah istri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang merupakan saudari kandungnya.
Menyikapi teguran saudarinya, Abdurrahman berkata, “Tidakkah engkau saksikan betapa indah giginya, yang bagaikan biji delima?”
Tetapi takdir berkata lain, Allah menguji kebesaran cinta Abdurahman kepada Laila, dengan mengambil sebagian kecantikannya. Tiba-tiba saja Laila terserang penyakit di bagian bibirnya, sehingga membuat giginya yang selalu dipuja Abdurahman tak lagi indah dilihat.
Allah Yang membolak balikan hati seseorang, hingga yang awalnya cinta berubah menjadi sikap acuh. Bahkan, Abdurahman tak ingin lagi melirik Laila.
Tak kuasa menerima perlakuan ini, Lailapun mengadukan sikap suaminya ini kepada ‘Aisyah. Mendapat pengaduan Laila ini, maka ‘Aisyah pun segera menegur saudaranya.
BACA JUGA: Ya Amirul Mukminin, Kenapa Anda Menangis?
“Wahai Abdurrahman, dahulu engkau mencintai Laila dan berlebihan dalam mencintainya. Sekarang engkau membencinya dan berlebihan dalam membencinya. Sekarang, hendaknya engkau pilih, engkau berlaku adil kepadanya atau engkau mengembalikannya kepada keluarganya.”
Karena didesak oleh saudarinya demikian, maka akhirnya Abdurrahmanpun memulangkan Laila kepada keluarganya. []
Sumber: Showw Off Plizz/Karya: Ririn Astutiningrum/Penerbit: Media Pusindo/2017