JANGAN sibuk mengurusi dosa orang lain.
Sebuah hadis yang diriwayatkan oleh At-Tirmidzi, At-Thabrani, dan Ibnu Ab Ad-Dunya, dari Mu’adz bin Jabal, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
من عير أخاه بذنب لم يمت حتى يعمله
“Barangsiapa yang mencela saudaranya karena suatu dosa, ia tidak akan mati sampai melakukan dosa tersebut”. (At-Tirmidzi menilai hadis ini dalam derajat “Hasan Gharib”, sedangkan Al-Albani berkata bahwa hadis ini Maudhu’.)
Para ulama berkata, “Orang tersebut (yang mencela saudaranya karena melakukan dosa -pen.) akan diberikan ganjaran berupa dosa yang sama yang ia lakukan seperti yang dikerjakan saudaranya apabila disertai dengan kekaguman akan keselamatan dirinya dari dosa yang dilakukan oleh saudaranya tersebut.”
Dalam kitab Madarij As-Salikin, Ibnu Qayyim rahimahullah berkata,
“Celaan anda atas saudaramu karena dosanya adalah perbuatan yang dosanya lebih besar daripada dosa yang ia lakukan. Bahkan, tingkat kemaksiatannya lebih parah. Karena hal itu menunjukkan bahwa anda merasa bangga atas ketaatan anda dan anda memuji diri anda untuk itu, dan merasa suci dari dosa-dosa.
Sedangkan saudaramu telah melakukan dosa. Maka bisa saja, hancurnya hati (karena dosa-dosanya) dan apa yang terjadi pada dirinya, dapat menimbulkan sikap rendah diri, memandang dirinya dalam kehinaan, membebaskan dirinya dari sifat merasa lebih baik, kesombongan, dan rasa ‘ujub. Dia berdiri di hadapan Allah sembari menundukkan kepala (sebagai bentuk penghambaan dan kehinaan) dengan hati yang remuk (tanda penyesalan).
Semua itu adalah lebih bermanfaat dan lebih baik baginya daripada perasaan bangga diri anda atas ketaatan yang anda lakukan. Anggapan anda bahwa anda telah banyak melakukan kebaikan, merasa diri berharga, dan merasa bahwa anda mempunyai kedudukan di sisi Allah dan makhluk-makhluk-Nya yang lain.
BACA JUGA: Begini Penjelasan Buya Yahya soal Larangan Nonmuslim Disebut Kafir
Betapa dekatnya orang yang berdosa ini dengan rahmat Allah, dan betapa dekatnya pula orang yang sombong ini dengan kemurkaan Allah. Karena dosa yang membawa kepada kerendahan hati itu lebih disukai oleh-Nya daripada ketaatan yang bersama dengan kesombongan.
Seumpama anda tidur sepanjang malam, dan bangun dengan rasa menyesal (sebab tidak sempat bangun untuk salat malam -pen), itu lebih baik daripada anda mendirikan salat sepanjang malam dan bangun pada waktu pagi dengan penuh takjub atas diri sendiri.
Tertawanya anda sambil mengakui kekurangan diri adalah lebih baik daripada anda menangis dalam keadaan sombong. Rintihan para pendosa lebih disukai oleh Allah daripada tasbih orang-orang yang sombong.”