Oleh: Tri Silvia
Penulis tinggal di Tangerang
BEBERAPA hari yang lalu, saya menjumpai seorang kakek yang tengah sibuk menyelah motornya. Kakek paruh baya tersebut menyelah motor dengan segala sisa tenaga.
Digelitik rasa penasaran, saya sapa beliau dan coba membantu menyelah. Wow, baru beberapa kali menyelah, saya sudah menyerah. Saya tanya wanita penjual jus di depannya, “Sudah lama itu mbak?” sambil lirik kakek yang tak kenal lelah terus menyelah, penjual jus mengiyakan dengan isyarat.
“Pak, ke bengkel aja pak, di depan sana,” mbak-nya menyarankan ke si kakek yang terus menyelah.
“Kek, kita ke bengkel aja yuk, di depan itu” ucap saya. “Dimana neng, di depan itu mah bukan bengkel, tukang ban,” Ibu pemilik warung belakang jus ikut keluar.
“Pak, bengkelnya di sebelah sana itu pak,” sembari menunjuk ke arah yang berlawanan dengan motor si bapak. Sembari mengernyitkan dahi, “iya, tapi kaki saya sakit ini, berat dorong motornya”.
Saya tengok kanan kiri, banyak lelaki kuat yang sebenarnya bisa membantu. Miris. Entah karena mereka tak lihat atau menolak untuk melihat. Seharusnya mereka malu.
Malu karena diam melihat kesusahan. Malu karena membiarkan si kakek harus menyelah motor di tengah sisa-sisa tenaga. Malu melihatnya harus tergopoh-gopoh mendorong motor butut ke arah bengkel yang belum tentu buka.
Apakah mereka tak bisa menyempatkan diri keluar membantu si kakek menyelah motor dan mendorongnya ke arah bengkel? Jika tidak bisa, apakah sulit untuk keluar menengok si kakek yang sedang kesusahan dan menghampiri kami untuk sekedar bertanya, “ada apa kek?, motornya kenapa? Apa gak ke bengkel aja?” Sapaan basa basi yang sebenarnya tak penting, tapi termasuk kebaikan. Dia akan memberi dorongan positif (berupa rasa diperhatikan) yang akan sangat membantu. Itulah hal-hal kecil yang seringkali terlewat bahkan orang enggan untuk melakukannya.
Contoh kebaikan-kebaikan kecil lainnya yang seringkali terlewat; memberikan senyum pada saudara sesama muslim, memberikan sisa makanan atau minum kepada kucing yang kelaparan, berbagi makanan dengan tetangga, memberi penerangan untuk motor tanpa lampu di depan kita, memungut batu yang menghalangi di jalan, menutupi kesalahan orang yang taat dan lain-lain. Lakukanlah, jangan remehkan. Karena bisa jadi hal-hal kecil tersebutlah yang akan menjadi pengantar kita kedalam ampunan dan surga Allah yang luasnya seluas langit dan bumi.
Simaklah kisah seorang wanita pezina yang diampuni dosanya karena memberi minum anjing yang kehausan, sebagaimana yang disebutkan dalam hadits, yang artinya,
“Ada seorang wanita pezina melihat seekor anjing di hari yang panasnya begitu terik. Anjing itu mengelilingi sumur tersebut sambil menjulurkan lidahnya karena kehausan. Lalu wanita itu melepas sepatunya (lalu menimba air dengannya). Ia pun diampuni karena amalannya tersebut.” (HR. Muslim no. 2245).
Lalu ada pula kisah yang hampir serupa dengan kisah sebelumnya,
“Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ketika seorang laki-laki sedang berjalan, dia merasakan kehausan yang sangat, lalu dia turun ke sumur dan minum. Ketika dia keluar, ternyata ada seekor anjing sedang menjulurkan lidahnya menjilati tanah basah karena kehausan. Dia berkata, ‘Anjing ini kehausan seperti diriku.’ Maka dia mengisi sepatunya dan memegangnya dengan mulutnya, kemudian dia naik dan memberi minum anjing itu. Allah berterima kasih kepadanya dan mengampuninya.” Para sahabat bertanya, “Ya Rasulullah, apakah kita bisa meraih pahala dari binatang?” Beliau menjawab, “Setiap memberi minum pada hewan akan mendapatkan ganjaran.” (HR. Bukhari no. 2363 dan Muslim no. 2244)
Hadits tentang pengampunan sang wanita pezina tidaklah berkenaan dengan pertaubatan wanita tersebut, namun amalannya yang memberi minum pada anjing kehausanlah yang menjadi amalan penggugur dosa.
Dari dua hadits di atas dapat diambil hikmah, bahwa Allah memperhatikan setiap amalan yang kita lakukan, sekecil biji sawi sekalipun. Sebagaimana firman-Nya,
“(Luqman berkata): “Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui”. (QS. Luqman : 16)
Jangan remehkan kebaikan sekecil apapun. Karena bisa jadi kebaikan atau amalan itulah yang kemudian akan mengantarkan ke dalam surga Allah, surga yang luasnya seluas langit dan bumi. Sungguh Allah telah menjanjikan surga bagi orang-orang yang senantiasa berbuat kebajikan, sebagaimana yang disebutkan Allah dalam firman-Nya, yang artinya;
“Sesungguhnya orang-orang yang berbuat kebajikan minum dari gelas (berisi minuman) yang campurannya adalah air kafur, (yaitu) mata air (dalam surga) yang daripadanya hamba-hamba Allah minum, yang mereka dapat mengalirkannya dengan sebaik-baiknya”. (QS. Al-insan : 5-6)
Demikianlah Islam mengajarkan manusia untuk senantiasa melakukan kebaikan demi kebaikan. Tidak harus kebaikan besar yang dilakukan. Tapi kebaikan-kebaikan kecil pun sangat diperhatikan. Ini tidak berarti mencukupkan diri dengan kebaikan kecil. Kerjakan kebaikan apapun yang ada di hadapan, baik besar maupun kecil. Maka ampunan dan surga Allah akan menanti. InsyaAllah. Wallahu a’lam bis shawab. []
Kirim RENUNGAN Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri.