MELAMUN adalah kegiatan paling mudah, dan banyak yang menyukainya. Hanya dengan berdiam diri sambil membayangkan setiap keinginan yang berhasil. Hal ini bisa menjadi baik, jika sebuah keinginan yang dibayangkan terlaksana, dan behasil digapai.
Namun, akan menjadi kesia-siaan, jika keinginannya hanya ada dalam lamunan saja, tanpa adanya aksi. Dan lamunan ini hanya menjadi tipuan untuk diri sendiri.
Yahya bin Muadz menyampaikan, ada enam tipuan harapan dalam lamunan.
1. Senantiasa berbuat dosa, dengan harapan dosa-dosanya nanti diampuni oleh Allah tanpa adanya penyesalan.
Harapan seperti ini tidak akan berarti. Sebab, dosa akan diampuni oleh Allah jika telah benar-benar bertaubat, menyesal telah melakukan dosa, dan tidak mengulanginya lagi.
BACA JUGA: Waspadalah, Dunia Ini Penuh dengan Tipuan
2. Merasa dekat dengan Allah tanpa ada usaha beribadah dan taat kepada-Nya.
Untuk bisa dekat dengan Allah tidak cukup dengan perasaan saja, harus ada usaha dengan rajin beribadah dan taat kepada-Nya.
3. Menanti kenikmatan surga, dengan menabuh benih-benih siksa neraka.
Jika mengharapkan kenikmatan surga, tentunya harus berusaha dengan memperbanyak amalan yang bisa membawanya menuju surga, bukan dengan banyak melakukan kemaksiatan.
4. Mencari tempat kembali orang yang taat (yaitu surga) dengan melakukan kemaksiatan.
Berkaitan dengan poin ke empat ini, Allah SWT telah berfirman: “Sesungguhnya kalian hanya diberi balasan menurut amal yang kalian kerjakan,” (QS. At-Tahriim:7)
Jika yang dikerjakannya kemaksiatan, maka bukan surga yang akan menjadi tempat kembali, tetapi neraka.
5. Menanti pahala tanpa beramal.
Pahala itu didapatkan karena amalan. Tidak ada pahala karena kita tidak melakukan sesuatu.
BACA JUGA: Mak, Kenapa Kita Tak Punya Mobil?
6. Mengharapkan rahmat Allah dengan melakukan perbuatan yang melampaui batas.
Berkaitan dengan poin ke 6, ada satu syair yang mengatakan, “Dia mengharapkan keselamatan, tetapi tidak mau menempuh jalannya. Sungguh kapal laut itu tidak bisa berlayar di daratan.”
Membayangkan sebuah harapan tentu saja diperbolehkan, tetapi harus yang memungkinkan kita bisa meraihya. Jangan yang sembarangan, supaya waktu kita tidak terbuang percuma. [ ]
REDAKTUR: NUNUNG MUNAWAROH
Sumber: Nashaihul Ibad/Imam Nawawi Al-Bantani/Irsyad Baitus Salam