Oleh: Toni Al Munawar
MATERIÂ bukanlah ukuran mutlak untuk mengukur kadar kebahagiaan. Sebab, banyak pula orang yang bergelimang harta namun dia tidak bahagia.
Kemiskinan pun bukan alasan untuk hidup tidak bahagia. Memang, kemiskinan bukanlah jaminan seseorang bisa bahagia begitu juga kekayaan. Keduanya bukan syarat mutlak untuk hidup bahagia.
Terkadang, kita bisa mendapatkan kebahagiaan dengan cara yang sederhana. Ya, amat sederhana. Di mana hati kita selalu terpaut pada-Nya dan bersyukur atas apa yang Dia anugerahkan untuk kita.
Bukan soal kekayaan atau materi yang membuat orang bahagia. Bukan pula kemiskinan yang selalu membuat kita meratapi kesedihan. Tapi bagaimana kita bisa menikmati dan mensyukuri setiap nikmat yang telah Dia berikan.
Banyak orang kaya yang tidak bahagia. Apalagi orang miskin. Lebih banyak tidak bahagianya dibanding bahagia. Iya, kan? Kenapa demikian? Penyebabnya mungkin sederhana, kita kurang mensyukuri setiap nikmat-Nya.
Kaya atau miskin bukan syarat mutlak untuk seseorang bisa bahagia. Banyak hal yang mungkin tanpa kita sadari bia membuat bahagia. Misalnya, udara sejuk di pagi hari yang setiap hari kita hirup, bila kita rasakan dan hayati betapa itu adalah nikmat yang luar biasa.
Bila kita hitung setiap udara yang masuk ke tubuh kita, niscaya tidak akan bisa dan tidak mampu. Karena begitu banyak udara segar yang ke tubuh kita setiap detik. Itu baru udara saja, jika kita bersyukur maih banyak karunia-Nya yang belum sempat kita syukuri.
Bila kita renungkan, kita punya mata untuk melihat, mulut untuk berbicara, telinga untuk mendengar, dan masih banyak lagi karunia-Nya. Bukankah semua itu dapat membuat kita bahagia, bila kita mensyukurinya?
Nikmat Tuhanmu yang manakah kaudustakan?