KETIKA perang Khadak, musuh melancarkan siasat dan taktik licik. Jika bukan atas perlindungan Allah kaum Muslimin sudah pasti akan berlumur darah. Disebabkan serangan musuh yang dari arah luar dan dalam.
Karena hal yang demikian maka paniklah kaum Muslimin, keadaan mereka dilukiskan dalam ayat Al-Qur’an.
BACA JUGA: Kisah Syahid Abu Uqail di Perang Yamamah
Kaum Muslimin menyadari keadaan mereka, Nabi Shalallahu Alaihi Wasalam pun mengumpulkan para shahabat untuk bermusyawarah. Ketika itulah datang pria dengan perawakan tinggi jangkung dan berambut lebat. Ialah Salman, yang mana di negerinya ia banyak menguasai tentang teknik perang dan sarana perang. Kali ini ia mengusulkan penggalian parit atau khandaq perlindungan sepanjang daerah terbuka keliling kota.
Pembuatan parit pun tak lepas dibantu oleh Nabi Shalallahu Alaihi Wasalam. Karena saat penggalian tanah terdapat halangan yang berupa batu besar. Jika Salman mampu memecahkan sebilah batu dalam sekali pukul, tapi tidak dengan saat itu.
Terlihat sebuah batu besar yang menghalangi jalur parit, namun saat Salman meminta izin untuk memindahkan jalurnya, Nabi Shalallahu Alaihi Wasalam meminta sebuah tembilah dan menyuruh para sahabat mundur menjauhi tempat itu.
Dengan tangannya yang mulia, lalu beliau membaca basmalah. Dan sekuat tenaga beliau menghujamkannya ke batu besar itu. Dari celah belahannya keluar lambaian api yang tinggi dan menerangi kota. Sementara itu Nabi Shalallahu Alaihi Wasalam mengucapkan takbir.
BACA JUGA: Dalam Sejarah, Apakah Perang Selalu Disebabkan Agama?
Nabi Shalallahu Alaihi Wasalam pun mengangkat tembilah kembali dan seraya bertakbir, maka tampaklah cahaya yang seperti tadi. Hingga akhirnya pada pukulan ke tiga pecahlah batu besar itu.
Maka dengan kesenangannya dan atas keimanannya Kaum Muslimin pun berseru, “Inilah janji Allah dan Rasulnya. . . Dan benarlah Allah dan Rasulnya.”
Kaum Quraisy menyaksikan parit yang terbentang di hadapannya, dan seolah kekuatan mereka telah terpaku di kemah-kemah karena tidak mampu menerobos kota. Hingga akhirnya Allah mengirimkan angin topan dan dibuatnya menjadi porak poranda. Karena seruan mempesona penuh berkah yang berkumandang dari puncak menara di setiap pelosok, maka terpancarlah hidayah petunjuk Allah. []
Sumber: Karakterisik Perihidup Enam Puluh Shahabat Rasulullah/Penulis: Khalid Muhammad Khalid/Penerbit: Diponegoro