Oleh: Abu Abdilmuhsin Firanda Andirja, MA
SETAN tidak akan pernah berhenti berusaha menjadikan amalan anak Adam tidak bernilai di sisi Allah. Di antara cara jitu setan adalah menjerumuskan anak Adam dalam berbagai model riya. Sehingga sebagian orang “kreatif” dalam melakukan riya, yakni riya yang sangat halus dan terselubung. Di antara contoh kreatif riya tersebut adalah:
Pertama. Seseorang menceritakan keburukan orang lain, seperti pelitnya orang lain, atau malas shalat malamnya, tidak rajin menuntut ilmu, dengan maksud agar para pendengar paham bahwasanya ia tidaklah demikian. Ia adalah seorang yang dermawan, rajin shalat malam, dan rajin menuntut ilmu. Secara tersirat ia ingin para pendengar mengetahui akan amal ibadahnya.
BACA JUGA: Riya dan Ikhlas
Model yang pertama ini adalah model riya’ terselubung yang terburuk, di mana ia telah terjerumus dalam dua dosa, yaitu mengghibahi saudaranya dan riya, dan keduanya merupakan dosa besar. Selain itu ia telah menjadikan saudaranya yang ia ghibahi menjadi korban demi memamerkan amalan shalihnya
Kedua. Seseorang menceritakan nikmat dan karunia yang banyak yang telah Allah berikan kepadanya, akan tetapi dengan maksud agar para pendengar paham bahwa ia adalah seorang yang shalih, karenanya ia berhak untuk dimuliakan oleh Allah dengan memberikan banyak karunia kepadanya.
Ketiga. Memuji gurunya dengan pujian setinggi langit agar ia juga terkena imbas pujian tersebut, karena ia adalah murid sang guru yang ia puji setinggi langit tersebut. Pada hakikatnya ia sedang berusaha untuk memuji dirinya sendiri, bahkan terkadang ia memuji secara langsung tanpa ia sadari.
Seperti ia mengatakan, “Syaikh Fulan / Ustadz Fulan…luar biasa ilmunya…, sangat tinggi ilmunya mengalahkan syaikh-syaikh/ustadz-ustadz yang lain. Alhamdulillah saya telah menimba ilmunya tersebut selama sekian tahun…”
Keempat. Merendahkan diri tapi dalam rangka untuk riya, agar dipuji bahwasanya ia adalah seorang yang low profile. Inilah yang disebut dengan “Merendahkan diri demi meninggikan mutu.”
Kelima. Menyatakan kegembiraan akan keberhasilan dakwah, seperti banyaknya orang yang menghadiri pengajian, atau banyaknya orang yang mendapatkan hidayah dan sadar, akan tetapi dengan niat untuk menunjukkan bahwasanya keberhasilan tersebut karena kepintaran dia dalam berdakwah.
Keenam. Ia menyebutkan bahwasanya orang-orang yang menyelisihinya mendapatkan musibah. Ia ingin menjelaskan bahwasanya ia adalah seorang wali Allah yang barang siapa yang mengganggunya akan disiksa atau diazab oleh Allah.
Ini adalah bentuk tazkiyah (merekomendasi) diri sendiri yang terselubung.
BACA JUGA: 4 Tanda Orang Riya
Ketujuh. Ia menunjukkan dan memamerkan kedekatannya terhadap para dai/ustaz, seakan-akan bahwa dengan dekatnya dia dengan para ustaz menunjukkan ia adalah orang yang shalih dan disenangi para ustaz. Padahal kemuliaan di sisi Allah bukan diukur dari dekatnya seseorang terhadap ustaz atau syaikh, akan tetapi dari ketakwaan. Ternyata kedekatan terhadap ustaz juga bisa menjadi ajang pamer dan persaingan.
Kedelapan. Seseorang yang berpoligami lalu ia memamerkan poligaminya tersebut. Jika ia berkenalan dengan orang lain, serta merta ia sebutkan bahwasanya istrinya ada 2 atau 3 atau 4. Ia berdalih ingin menyiarkan sunnah, akan tetapi ternyata dalam hatinya ingin pamer. Poligami merupakan ibadah, maka memamerkan ibadah juga termasuk dalam riya.
Inilah sebagian bentuk riya terselubung, semoga Allah melindungi kita dari terjerumus dalam bentuk-bentuk riyaa’ terselubung tersebut. Tidak perlu kita menuduh orang terjerumus dalam riya akan tetapi tujuan kita adalah untuk mengoreksi diri sendiri.
Hanya kepada Allah-lah tempat meminta hidayah dan taufik. []