Oleh: Ratna Nera
DIMANA-mana yang namanya jatuh pasti sakit, sekalipun itu jatuh cinta. Bohong banget deh kalau ada yang bilang saat jatuh cinta semuanya jadi indah. Reaksi yang bisa buat orang-orang sampai resah, gelisah, ngomong sendiri, senyum-senyum sendiri, atau berdandan terus-menerus, bahkan hal gila hingga mereka tak mampu melogikakan apa yang sedang terjadi pada diri mereka sendiri.
Bisa dibilang juga jatuh cinta itu peristiwa paling hebat yang bisa terjadi dalam hidup seseorang. Tapi ironisnya kini ditempuh dengan cara yang salah, memilih tren lalu dilanjut dengan jalan pacaran!
BACA JUGA: Wahai Remaja, Persiapkan Diri Anda untuk Menjawab Pertanyaan Alam Kubur
Saya terkadang heran dengan muda-mudi kebanyakan sekarang yang coba-coba untuk berpacaran. Okelah mungkin rasa penasaran juga yang besar pada akhirnya mereka mencoba, secara logika mungkin sekali itu cukup, ternyata tidak! Mereka putus lalu nekat mencari, berganti dengan pasangan baru dan memulai jatuh cinta lagi. Hmm kayanya begitu konsep tren cinta di dunia serbamodern ini.
Ini beda lagi dengan jatuh cinta yang saya alami. Mungkin juga saya termasuk orang yang sangat-sangat telat untuk suka dengan film Spiderman. Bayangkan film ini booming lebih dari 10 tahun lalu dan beberapa waktu lalu saya justru baru melihat dan menontonnya itupun tak sengaja.
Yap, sosok Peter Parker (Tobey Maguire) langsung menarik perhatian saya. Saat itulah saya langsung membeli CD sequelSpidermandan mulai mencari tahu kabar terbaru dan film terakhir yang dibintangi Tobey Maguire itu di internet—dari mulai website, instagram, twitter, etc.
“Ya Allah, mungkin kalo di dunia gak akan ketemu Peter Parker, seenggaknya di surga ya Allah,” celetuk saya. Saya pikir saat itu saya gila atas ucapan itu! Dan itulah yang saya maksud dimula tulisan ini, tak mampu melogika-kan apa yang sedang terjadi pada diri orang yang sedang jatuh cinta/hati.
“Dia di Los Angeles dan saya di Bekasi, bener-bener dari ujung ke ujung. Ya Allah kenapa harus keingetan terus sih?”. Halah nyesek juga ternyata.
Saya pun menceritakan ini semua ke teman dekat saya, lalu apa yang terjadi? ia langsung merespon begini.
“Wah ukh, anti lagi jatuh cinta tuh, untung sama bintang film coba kalo sama ikhwan yang nyata ada di sini.”
“Yee sorry yaa beda lagi kalo jatuh cinta sama ikhwan nyata mah, itu kalo waktu, tempat dan statusnya udah tepat, apa coba? Haha jatuh cintanya abis nikah”
“Hahaha bisa aja ukh”.
“Eh tapi telat banget tuh, masa baru ngefans ama Peter Parker sih?”
“Weew biarin. Udah nonton film terbarunya belom? Great Gatsby, aaaarrgh kereen bangeet… Si Parker”
Untunglah saya sibuk dengan deadline pekerjaan yang benar-benar membuat saya harus begadang dalam waktu yang cukup lama, belum lagi kesibukan lainnya. Lupa deh tuh si Peter Parker lama-lama.
Lain halnya yang saya dengar dari beberapa teman saya, yang langsung menceritakan pengalaman menyiksa itu dengan pacarnya. Sampai pada akhirnya ia sadar dan mengakhirinya. Merekalah yang saya sebut berguguran di jalan maksiat, he.
Hmm mungkin juga cukup disimpan cinta-mu pada dzat yang mana, ruh ini ada dalam genggamannya-Nya. Dialah yang membuat segalanya terjadi termasuk dengan jatuh cinta ini, jika memang sudah waktunya, ya tidak ada yang tidak mungkin, Allah pasti memberikan jalan atas cara yang halal.
Kembali ke makna denotasi tentang jatuh. Jatuh ya jatuh, sakit! Namanya aja jatuh. Entah karena jatuh cinta pada orang yang salah, atau mungkin jatuh cinta pada orang yang tepat namun dengan cara yang salah, yang jelas sakit, rugi dan mengotori hati tentunya. Itulah sesuatu yang juga dinamakan haram kalo yang dilakukan kontradiksi dengan yang dianjurkan oleh agama kita, Islam.
Masalahnya kalau yang lagi jatuh cinta itu anak-anak sekolah atau mereka yang seharusnya memikirkan studi dan fokus, berarti mereka harus sudah memikirkan perasaan menyiksa itu. Dan itu bisa membuatnya kacau atau bisa jadi menjadi ancaman bagi perkembangan otak mereka apalagi anak remaja zaman sekarang. Ironis! []