Oleh: Umma Azura
SUATU ketika, adik teman saya berubah. Ia jarang pulang ke rumah, lebih sering bolos kerja, anak istri bahkan ibunya diacuhkan.
Si ibu yang dulu rutin dikirimi duit belanja, mulai tersendat. Teman yang tinggal berbeda kota dengan adiknya, akhirnya mulai menyelidiki ada apa dengan adiknya.
Akhirnya, ditemukanlah akar persoalannya. Si adik ternyata terpengaruh, setelah bergabung dengan sebuah kelompok.
Pekerjaan yang merupakan amanahnya, keluarga yang jadi tanggung jawabnya sering diacuhkan si adik dengan alasan dakwah.
BACA JUGA: Gara-gara Sinetron
Hampir 24 jam waktunya, ia habiskan di masjid. Bersama sebuah ‘kelompok’, yang kala itu nginap di sebuah masjid, tak jauh dari rumahnya.
Teman yang gusar dan gelisah dengan perubahan si adik, mencari tahu ke sana ke mari. Sambil terus mengajak adiknya kembali ke keluarga. Meski, kala itu seperti menabrak tembok yang tebal.
Ada ibu, istri dan anak-anak yang membutuhkannya. Ditambah lagi beberapa barang berharga si adik, sudah tak ada lagi. Diserahkan untuk dakwah, begitu alasannya. Padahal istri dan anak-anak butuh biaya hidup.
Singkat cerita, si adik bisa kembali ke keluarga, setelah teman menghadap atasan adiknya, dan menjelaskan duduk persoalannya.
Untunglah, atasannya mau membantu. Atasannya bergerak cepat. Adik si teman dipindah tugaskan ke daerah lain, dan diberi pembinaan yang intensif oleh ustadz yang berpemahaman benar.
BACA JUGA: Cukup 17 Tahun Saja!
Jika ada ajaran atas nama agama, yang malah membuatmu berbuat dzalim pada keluarga, harusnya kamu mikir. Apa iya ini ajaran yang benar?
Jauh-jauh ingin dakwahi orang lain, tetapi keluarga malah diacuhkan. Padahal kita diperintahkan memelihara diri kita dan keluarga kita dari api neraka.
Jangan lupa, jaga dan awasi anak-anak dan keluarga kita dari kelompok-kelompok berpemahaman keliru. []