SELAMA 23 tahun berdakwah, tentu saja rasulullah mengalami beragam tantangan, fitnah, perdebatan dan lainyna. Tapi hanya 1 kali beliau bermubahalah, itupun karena memenuhi permintaan lawan debatnya (utusan kaum Nashrani). Di luar itu, Rasulullah merespon segala makar dari kaum musyrikin, munafik dan Yahudi dengan beragam cara seperti: mendiamkan, mendoakan, menjelaskan hingga menunjukkan mukjizat. Catat: mubahalah hanya dilakukan sekali.
Rasulullah memenuhi tantangan utusan Nashrani untuk bermubahalah setelah menegakkan hujjah atas mereka dalam perdebatan. Dakwah disampaikan, debat pun dilayani. Rupanya, mereka tetap tidak mau tunduk hingga menantang mubahalah. Mereka mengurungkan niatnya setelah melihat langit berubah hitam pekat, seolah bersiap langsung menurunkan azab. Catat: mubahalah adalah jalan terakhir setelah dilakukan penegakkan hujjah secara langsung dan terang.
Apa yang menjadi sebab mubahalah? Yakni debat seputar status Nabi Isa ra. Utusan Nashrani menganggap bahwa isa adalah anak Allah karena tak ber-ayah. Rasulullah menjelaskan bahwa Isa bin Maryam adalah nabi dan utusannya. Mereka minta majelis khidmah untuk bermubahalah, Rasulullah menyanggupi. Istilahnya “Loe jual, gua beli”. Padahal pada kasus lain yang sangat meresahkan dirinya (seperti haditsul ifki), beliau tidak memanggil orang – orang munafik untuk bermubahalah dengan dirinya atau istrinya (‘Aisyah). Catat: mubahalah hanya dilakukan untuk perkara – perkara yang sangat prinsipil.
Di dalam Islam, ada banyak sekali perbedaan pendapat seputar teologis hingga amaliah ritual ibadah. Ada konflik antara kaum sufi dengan ahli syariat, ada perbedaan antar mazhab fikih, ada pertarungan pemikiran antara Muktazilah, Syiah, Khawarij, Murji’ah dan lainnya. Sebagian besarnya dimediasi dengan perdebatan, sisanya menjadi bara dalam sekam. Kami jarang sekali mendapatkan riwayat mereka duduk bersama untuk saling bermubahalah satu sama lain. Catat: ahli ilmu lebih menyukai forum mudzakarah ketimbang forum mubahalah.
Di Indonesia, partai paling penuh intrik dan sarat konflik adalah PKB. Partai-partai lain, intensitas konfliknya masih jauh di bawah PKB. Bukan sekadar berkali-kali pecat memecat ketua, tapi sampai pada pelaksanaan muktamar versi A dan B. Pengurus PKB penuh sesak dengan para kyai yang paham agama. Tapi tidak kita dengar sedikitpun ada riwayat tantangan mubahalah, baik dari Gus Dur, Matori Abdul Jalil, Alwi Sihab maupun Muhaimin Iskandar. Semua dilakukan dalam kerangka hukum konstitusi. Malah sekarang, PKB menjadi partai yang stabil. Catat : belajarlah resolusi konflik kepada PKB.
Orang-orang beriman, mereka saling mendoakan kebaikan dan ampunan satu sama lain. Seperti halnya Hasan bin Ali, usai mendengar ocehan mereka yang menghinanya lalu berkata “Jika ucapanmu benar, semoga Allah mengampuniku. Jika ucapanmu salah, semoga Allah mengampunimu”. Sedangkan orang-orang nonMuslim dan munafik, senang menantang datangnya azab dan bencana. Sebagaimana tantangan kaum musyrikin kepada Rasulullah “Turunkan hujan batu dari langit atau azab yang pedih kepada kami”. Catat: orang shalih lebih suka doa kebaikan dan ampunan.
Buat kami, mubahalah itu hukumnya seperti talaq. Perkara yang boleh (halal) dilakukan, tapi dibenci. []
Kirim OPINI Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri. Isi di luar tanggung jawab redaksi