Oleh: NS Risno
Sombong, sebagaimana yang dikatakan Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam, adalah perbuatan menolak kebenaran dan meremehkan sesama. Perbuatan dosa ini, pertama kali dilakukan oleh Iblis laknatullah.
Setelah menciptakan Nabi Adam, Allah kemudian memerintahkan Malaikat dan Iblis untuk sujud menghormat kepadanya. Malaikat taat melaksanakan perintah Allah, sementara Iblis membangakang. Ia menolak perintah tersebut.
Dan ketika Allah bertanya, “Apakah yang menghalangimu (sehingga) kamu tidak bersujud (kepada Adam) ketika Aku menyuruhmu?”
Dengan sombong Iblis menjawab, “Aku lebih baik daripada dia (Adam). Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia (Adam) Engkau ciptakan dari tanah.”
Dan atas jawaban Iblis itu, Allah kemudian berfirman, “Maka turunlah kamu darinya (surga), karena kamu tidak sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya. Keluarlah! Sesungguhnya kamu termasuk makluk yang hina.” (QS :Al-A’raf : 11,12,13 )
Iblis telah berbuat sombong. Pertama, menolak kebenaran yang datangnya dari Allah yakni perintah untuk sujud menghormat kepada Adam.
Kedua, meremehkan atau merendahkan Nabi Adam serta merasa diri lebih hebat.
Terusirlah Iblis dari surga karena kesombonganya. Dendam iblis pun membara. Gara-gara Adam, ia terusir dari surga. Iblis pun bersumpah akan mengibarkan bendera permusuhan dengan Adam dan seluruh keturunannya hingga nanti akhir zaman. Iblis akan terus berusaha untuk membuat tipu daya, agar manusia mengikuti jejak langkahnya.
Faktanya selanjutnya adalah tidak sedikit bangsa manusia yang kemudian mengikuti jejak langkahnya Iblis, yakni berlaku sombong. Menolak kebenaran dan meremehkan sesama.
Al Qur’an mengabarkan, pada jamanya Nabi Nuh, sebagian besar kaumnya telah mengikuti jejak Iblis. Mereka bersikap sombong, menolak kebenaran yang disampaikan Nabi Nuh serta merendahkan Nabi Nuh sebagai utusan Allah.
Jamanya Nabi Hud, kesombongan juga dilakukan kaum Ad. Mereka menolak dakwah yang disampaikan Nabi Hud serta merendahkan Nabi Hud.
Kaum Tsamud dijamanya Nabi Soleh mereka juga berlaku sombong, menolak dan menentang kebenaran yang di sampaikan Nabi Soleh. Bahkan mereka sangat kurang ajar sekali, berani membunuh unta betina yang merupakan mukjizat dari Nabi Soleh.
Dan yang tidak asing lagi bagi kita adalah kesombongan yang dilakukan Firaun, penguasa Mesir di jaman Nabi Musa. Bahkan raja Fir’aun memproklamirkan dirinya sebagai tuhan.
Ketika kebenaran disampaikan mantan putra angkatnya sendiri yakni Nabi Musa alaihi sallam ia menolaknya.D an bersama bala tentaranya iapun berusaha untuk menghabisi dan melenyepkan Nabi Musa dan para pengikutnya.
Pada masa Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam diutus juga tidak sedikit orang orang yang menolak dan memusuhi dakwah kebenaran yang dibawa Nabi pamungkas ini. Mereka merendahkan, menghina, mencemooh, menyakiti bahkan berusaha untuk menghabisi nyawa sang Nabi.
Di zaman sekarang ini, pun tidak sedikit orang yang mengikuti jejaknya Iblis. Mereka menolak, menentang bahkan melawan kebenaran (hukum Allah), serta meremehkan dan berusaha untuk melenyapkan dengan berbagai macam cara orang orang yang telah menyampaikan kebenaran tersebut.
Al-Qur’an sendiri sudah berulang kali menceritakan tentang bagaimana akhir dari orang orang yang berbuat sombong. Allah mendatangkan banjir bandang kepada kaumnya Nabi Nuh yang sombong.
Allah menurunkan badai topan untuk menghabisi kaum Ad yang sombong, kaumnya Nabi Hud. Allah juga mendatangkan azab berupa guntur dan gempa untuk menghancur leburkan kaum Tsamud, kaumnya Nabi Soleh yang sombong.
Serta bagaimana Allah mengakhiri kesombongan fir’aun dan bala tentaranya. Fir’aun dan bala tentaranya dibinasakan Allah dengan ditengelamkan dilaut merah.
Apa yang dikisahkan Allah didalam Al Qur’an tersebut seharusnya menjadi pelajaran dan peringatan bagi orang orang sesudahnya, agar jangan sampai mengulang perbuatan yang sama. Jangan berbuat sombong.
Tapi orang-orang yang sombong , memang telah tertutup mata hatinya. Mereka menganggap kisah-kisah dalam Al Qur’an hanyalah dongengan dan khayalan belaka.
Apa yang ada dalam Al-Qur’an tidak akan dipercaya ,dan juga tudak dijadikan pedoman dalam kehidupanya. Walaupun mereka telah melihat tanda tanda kebenaran dengan nyata, tetapi tetap saja mereka berhati batu. Mereka tetap berpaling.
Mereka tetap saja memilih untuk mengikuti jejaknya Iblis, berlaku sombong, menolak kebenaran dan merendahkan orang lain.
“Akan Aku palingkan dari tanda-tanda (kekuasaan-Ku) orang-orang yang menyombongkan diri di bumi tanpa alasan yang benar. Kalaupun mereka melihat setiap tanda (kekuasaan-Ku) mereka tetap tidak akan beriman kepadanya. Dan jika mereka melihat jalan yang membawa kepada petunjuk, mereka tidak (akan)menempuhnya, tetapi jika mereka melihat jalan kesesatan ,mereka menempuhnya. Yang demikian adalah karena mereka mendustakan ayat ayat kami dan mereka selalu lengah terhadapnya.” (QS: Al-A’raf (7) :146). Wallahu a’lam. []
Terbono, 2017.