HASAN Al Bashri pernah ditanya perihal malam Lailatul Qadar. Menurutnya, Lailatul Qadar datang seiring Ramadhan tiba. Malam ini adalah dimana segala perkara akan tetakam secara proporsional. Saat itu, Allah akan menetapkan nasib makhluk, ajal, aktivitas, dan rezeki mereka. Oleh karena itu, anugerah Allah kepada umat Muhammad SAW ini sayang dilewatkan.
Rasulullah SAW, dalam riwayat Ibnu Majah dari Anas bin Malik, bahkan menjadikan Lailatul Qadar sebagai barometer kesuksesan seseorang. Bila berhasil menggapai malam itu, ia sukses di bulan-bulan lainnya. Demikian juga sebaliknya. Jika terhalang, cacatlah hari-hari di luar Ramadhan.
Ada beberapa hal yang bisa dilakukan menyambut malam yang menurut sebagian riwayat, kemungkinan besar jatuh di 10 hari terakhir Ramadhan. Lalu, apa saja aktivitas itur?
Prof Dr Lathifah binti Abdullah Al Aljal’ud memaparkan topik ini dalam makalahnya berjudul “Kaifa Taktasib Lailatul Qadar”. Ada sejumlah aktivitas yang bisa dipersiapkan untuk memaksimalkan malam ini. Untuk mengantisipasi ketidakpastian kapan malam ini tiba, ia menyarankan agar mengoptimalkan ibadah di 10 hari terakhir Ramadhan.
Di 10 hari tersebut, ujarnya, bisa di awali dengan aktif sejak waktu subuh. Ini bisa dilakukan dengan memaksimalkan ber bagai zikir seusai shalat Subuh. Misalnya, dengan zikir pagi dan petang atau alternatif bacaan lainnya. Ragam zikir ini membantu mendekatkan diri kepada-Nya sehingga bisa lebih terkondisikan.
Berbagi hidangan buka puasa dengan sesama. Aktivitas ini akan lebih meng gandakan pahala. Karena, seperti riwayat Zaid bin Khalid Al Juhni, memberi makan saat orang berbuka, mendapatkan pahala puasa yang sama dengan orang tersebut. Usahakan juga, imbuhnya, agar mengeluarkan sedekah, baik dari jenis sunah maupun wajib di sepanjang 10 hari terakhir itu.
Ia juga menyarankan agar memperbanyak intensitas shalat sunah dan meningkatkan kualitas shalat wajib lima waktu. Optimalisasi shalat tersebut dinilai paling utama, untuk memaksimalkan pencapaian Lailatul Qadar. Hal ini, katanya, akan lebih baik jika disertai dengan doa memohon ampunan, seperti “Ya Allah, sesungguhnya Engkau Pemaaf dan menyukai permintaan maaf. Maka ampunilah aku.” Doa ini merupakan salah satu opsi redaksi doa yang dianjurkan dalam beberapa riwayat. []
Sumber: Republika.co.id