AMIR bin Fuhairah adalah mantan budak. Ketika awal Amir masuk Islam, ia mengalami siksa dan yang berat. Amir adalah budak milik Tufail bin Harits. Keislamannya membuat majikannya dan para pembesar Quraisy murka.
“Hai Amir, tinggalkan agamamu atau kami akan menyiksamu dengan memberikan siksaan yang berat,” ancam mereka.
“Sekali-kali aku tidak akan mau melakukannya,” jawab Amir tanpa ada rasa takut.
“kami akan memberimu banyak uang, tidakkah kamu tertarik?”
BACA JUGA: Abu Dhomdhom, Lelaki yang Dikagumi Malaikat
“Berapapun yang kalian berikan aku tidak akan mau menjual keyakinanku!”
Mendapat jawaban yang tidak diinginkan, para pembesar Quraisy murka. Tubuh Amir diseret beramai-ramai. Punggungnya lecet dan banyak mengeluarkan darah. Amir dibawa ke tempat terbuka, lalu dianiaya, puluhan kali cemeti melecut melukai tubuh Amir. Namun rasa sakit dan rasa pedih tak menggoyahkan keimanannya.
Abu Bakar melihat siksaan itu. Abu Bakar membeli Amir. Maka terbebaslah Amir dari deraan siksa para pembesar Quraisy.
Sejak menjadi budak Abu Bakar, ia mengabdikan diri untuk berjuang di jalan Allah. Amir senantiasa berada di dekat Rasulullah. Perang demi perang pun ia ikuti sebagai anggota pasukan infantari yang berjalan di depan Rasulullah selaku komandan pasukan.
Suatu ketika Amir berlari. Pasukan Bani Hudzail tidak mau melepasnya begitu saja. Mereka mengejar Amir. Salah satu dari mereka berhasil menancapkan tombak menembus dada Amir. Amir seketika itu juga roboh dengan darah yang menggenang. Namun Apa yang diucapkannya membuat Jabar dan pasukannya kebingungan.
“Ya Allah, alangkah beruntungnya aku,” lirih Amir dengan nafas tersengal-sengal.
“Kau akan mati. Keberuntungan apa yang kau maksud?” tanya Jabar.
“Aku mati sebagai Syahid di jalan Allah…”
Amir akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya. Wajahnya terlihat cerah dan seulas senyum seolah mengembang dari bibirnya . Amir wafat pada Safar tahun 4 h. Para malaikat berbondong-bondong turun menjemput Amir.
BACA JUGA: Jenazahnya Dalam Keadaan Basah, Ternyata Sahabat Rasul Ini Dimandikan Malaikat
Berikutnya keajaiban terjadi. Tubuh Amir terangkat dan melayang-layang di antara langit dan bumi. Jenazah itu terus melayang hingga tak terlihat lagi. Para malaikat memakamkannya di tanah surga.
Jabar dan pasukannya sangat terkejut. Barulah mereka sadar akan kebesaran Allah yang disembah oleh Amir. Jabar dan pengikutnya memutuskan untuk masuk Islam. []
Sumber: 77 Cahaya Cinta di Madinah/ Penulis: Ummu Rumaisha/ Penerbit: al-Qudwah Publishing/ Februari, 2015