MALAM pengantin senantiasa dirindukan oleh setiap dua insan yang menyatukan cinta dalam naungan kasih Allah. Malam di mana dua jiwa, dua rasa, dan dua raga bersatu menggapai dinding surga-Nya.
Hanzhalah bin Amir adalah putra dari pemimpin suku Aus yang cukup kaya di Madinah. Ayahnya adalah seorang tokoh kafir. Hanzhalah menikah dengan Jamilah binti Abdullah.
Malam itu begitu indah bagi Hanzhalah dan Jamilah. Hanzhalah dan Jamilah masih merayakan cinta yang Allah berikan. Tiba-tiba datang seorang utusan ke rumah mereka yang mengabarkan panggilan jihad. Hanzhalah menatap istrinya dalam-dalam. Sungguh bisa bersama dengan orang yang dicintainya adalah dambaannya. Namun, cintanya kepada Allah lebih besar dalam hatinya.
BACA JUGA:Ā Salim, Sahabat Nabi yang Syahid sesaat sebelum Menikah
Hanzhalah berkata kepada istrinya, āDuhai istriku, aku bahagia atas karunia Allah bersamamu. Namun, cintaku kepada Rabb-ku lebih besar. Ridhoilah dan doakan aku untuk berjihad bersama utusan-Nya yang mulia.ā
Hanzhalah pun pamit kepada istrinya .
āBerangkatlah, wahai suamiku. Aku mencintaimu karena Allah. Maka ketika Allah membutuhkan dirimu, tiada hak bagiku untuk menghalangimu,ā jawab Jamilah dengan air mata berlinang.
Akankah mereka kembali bertemu atau memang ini berupa perpisahan untuk selamanya?
Hanzhalah pun akhirnya berangkat bahkan sebelum ia sempat menyucikan diri dari hadas besarnya. Hari itu ia kalahkan dirinya yang begitu ingin berada dalam buaian istri tercintanya. Karena hanya Allah semata yang ia tuju. Cinta kepada Allah jauh lebih manis daripada segala cinta kepada yang lain.
Keesokan harinya, perang Uhud berkecamuk. Semula, kaum Muslimin mendapatkan kemenangan. Namun, karena mereka tak mengindahkan perintah Rasulullah shalallahu alaihi wasallam untuk tidak berpindah posisi, kaum Muslimin berhasil dipukul mundur oleh kaum kafir. Hingga menyebabkan kaum Muslimin terdesak.
Hanzhalah tampil dengan gagah berani. Ia lumpuhkan kaki kuda Abu Sufyan bin harb. Laki-laki pemuka kaum Quraisy itu terpelanting jatuh. Namun, segera seorang Quraisy yang lain berusaha menolong dengan melemparkan tombak ke tubuh Hanzhalah. Hanzhalah yang merupakan pengantin baru itu pun seketika roboh ke bumi.
Usai perang, Rasulullah dan para sahabat menyisir jenazah para syuhada. Mereka mendapati Hanzhalah dalam keadaan basah. Sisa-sisa air menetes dari sela-sela rambutnya. Para sahabat heran.
BACA JUGA:
Rasulullah berkata, āAku melihat Hazhalah bin Amir dimandikan oleh malaikat di antara bumi dan langit dengan tetesan embun dalam bejana-bejana perak.ā
Sementara Jamilah merasakan kesedihan karena laki-laki yang baru saja menjadi suaminya tersebut harus meninggalkannya namun, ia juga bahagia karena para malaikat yang telah mensucikan suaminya. []
Sumber: 77 Cahaya Cinta di Madinah/ Penulis: Ummu Rumaisha/ Penerbit: Al-Qudwah Publishing/ Februari, 2015