Oleh: Tri Widhiastuti
Mahasiswi STEI SEBI Depok
widhiastrii@gmail.com
HIJRAH adalah perpindahan atau migrasi yang dilakukan sesorang dari tempat satu ke tempat yang lainnya, adapula hijrah yang biasanya dilakukan oleh orang muslim dari suatu pebuatan yang kurang baik kepada perbuatan yang terpuji. Artinya ketika seseorang sudah mulai menyadari bahwa yang dia lakukan selama hidupnya adalah kesalahan kemudian bertaubat dan memulai langkah yang baik dan berupaya agar tidak mengulanginya dan terperosok pada lubang sama maka proses itu bisa dikatakan proses hijrah.
Proses hijrah tidak mudah untuk para kaum muslim yang hendak memperbaiki dirinya namun bukan berati tidak bisa untuk dilakukan, karena ketika sang hamba telah berupaya mendekatkan dirinya kepada Allah, maka Allah tidak akan membiarkannya sendirian dalam berjuang memperbaiki diri untuk lebih dekat dengan keridhoanNya. Allah pasti akan memudahkan setiap langkahnya karena sangat banyak godaan untuk menguji dan meningkatkan derajat keimanan dari dirinya, dan tidak jauh dari itu, niat yang paling utama menjadi pondasi awal seseorang berhijrah.
BACA JUGA: Cerita Hijrah Indah Dewi Pertiwi: Ujian Pertama Itu dari Pekerjaan
Dalam hadits arbain yang pertama yaitu tentang niat dan adapun asbabul Wurud (latar belakang hadits)
Imam ath-Thabrani meriwayatkan, dalam al-Mu’jam Al-Kabir, dengan sanad yang bisa dipercaya, bahwa Ibnu Mas’ud berkata: “Di antara kami ada seorang laki-laki yang melamar seorang wanita, bernama Ummu Qais. Namun wanita itu menolak sehingga ia berhijrah ke Madinah. Maka laki-laki itu ikut hijrah dan menikahinya. Karena itu kami memberinya julukan Muhajir Ummu Qais.”
Sa’id Ibnu Manshur meriwayatkan dalam kitab Sunan-nya, dengan sanad sebagaimana syarat Bukhari dan Muslim, bahwa Ibnu Mas’ud berkata: “Siapa yang hijrah untuk mendapatkan kepentingan duniawi maka pahala yang didapat sebagaimana yang didapat oleh laki-laki yang hijrah untuk menikahi wanita yang bernama Ummu Qais, sehingga ia dijuluki Muhajir Ummu Qais.”
Dari kisah di atas dapat kita simpulkan bahwa Allah itu maha adil, maka sangat amatlah rugi jika kita hanya berhijrah tidak untuk Allah dan Rosul dan jangan sampai kita memperbaiki hanya karena orang lain karena jika kita tidak mendapatkan apa yang kita dambakan maka akan rusaklah hijrah yang kita lakukan maka jangan sampai kita menjadi mantan muhajir dan senantiasa kita perbaiki niat kembali hanya untuk Allah SWT.
Hijrah terbagi menjadi dua, yaitu:
Pertama, Hijrah makkaniyah (hijrah tempat). Misalnya seperti pada zaman Rasul yang selalu berpindah-pindah untuk berdakwah dan karena pada zaman dahulu pula kondisi nya selalu tidak kondusif, artinya banyak sekali gangguan-gangguan untuk menghalangi dakwah rosul.
Kedua, Hijrah ma’nawiyah yaitu dapat diartikan menuju kebaikan atau menuju hal-hal yang disenangi Allah dan menjauhi apa yang dilarang olehNya, hijrah ini terbagi menjadi empat:
I’tiqadiyah. hijrah keyakinan.Iman mengalami proses naik dan turun, kuat dan lemah. Terkadang Iman bercampur dengan kemusyrikan dan terkadang Iman berada dalam kemurnian. Maka hijrah keyakinan mesti dilakukan bila keyakinan berada di tepi jurang kekufuran dan kemusyrikan.
BACA JUGA: Hijrah karena Cinta?
Fiqriyah (hijrah pemikiran). Berbagai informasi dan pemikiran dari belahan bumi bisa diperoleh di dunia maya dengan mudah. Maka hijrah fikriyah mesti dilakukan dalam rangka meninggalkan pemikiran-pemikiran yang tidak sesuai dengan ajaran Islam.
Syu’uriyah (hijrah kesenangan). Misalnya seperti pakaian,style,musik,. Dan pemikiran ketika membeli pakaian hanya karena lucu dan hanya karena untuk kepuasan/hanya atas dasar kesenangan semata tanpa memikirkan manfaat yang lebih.
Sulukiyah (hijrah tingkah laku). Dahulu orang kafir membenci Rosul bukan karena diri rosul tetapi karena tingkah lakunya Rosul. Dalam kisah Rosul: seorang ibu tua yang selalu membenci Rosul dan bahkan sering meludahi Rosul, kemudian orang itupun mengalami sakit dan akhirnya Rosul pun menjenguk orang itu, akhirnya karena kebaikan hati Rosul orang tersebut masuk agama Islam.
Maka sebagai manusia dengan hati yang mudah berbolak balik ini upaya kita untuk lebih dekat dengan Allah dengan segala niat yang benar adalah senantiasa melakukan hal-hal dengan ikhlas tanpa ada keinginan lain dan semata-mata hanya mengharap ridho dan kasih sayang-Nya. []
OPINI adalah kiriman pembaca Islampos. Kirim OPINI Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri. Isi dari OPINI di luar tanggung jawab redaksi Islampos.