SINGAPURA–Lebih dari 14.000 kasus demam berdarah (DB) telah dilaporkan terjadi di Singapura sejak awal 2020, menurut Badan Lingkungan Nasional (NEA). Jumlah keseluruhan kasus DB tahun ini diperkirakan bakal melebihi jumlah kasus pada 2013 yang mencapai 22.170 dan dianggap sebagai wabah DB terbesar dalam sejarah Singapura, kata badan tersebut.
Â
Menurut laporan CNN pada Jumat (3/7/2020), 16 orang telah meninggal karena demam berdarah tahun ini – dua kali jumlah kematian tahun 2013. Bulan-bulan hangat dari Juni hingga Oktober biasanya merupakan puncak musim demam berdarah di Singapura.
Â
Â
Kasus DBD tahun ini sangat buruk. Pekan lalu saja, 1.468 kasus dilaporkan, jumlah kasus minggu ketiga berturut-turut telah melebihi 1.000 – dan jumlah tertinggi kasus dengue mingguan yang pernah tercatat di Singapura.
Â
Para ahli di Singapura percaya alasan utama melonjaknya kasus demam berdarah tahun ini adalah kembalinya jenis virus dengue lama yang hilang selama hampir tiga dekade.Â
Â
Ada empat jenis, atau serotipe dari virus dengue. Di Singapura, DENV-2 telah menjadi strain dominan sejak 2016. Namun mulai dari tahun lalu, DENV-3 yang kurang umum telah meningkat, menurut Luo Dahai, profesor infeksi dan kekebalan di Universitas Teknologi Nanyang.
Â
“Mengingat wabah lokal biasanya disebabkan oleh DENV1 dan 2 di masa lalu, kekebalan yang dibangun di antara warga masyarakat terhadap DENV ini mungkin tidak melindungi terhadap DENV-3 yang muncul,” kata Luo.
Â
Â
Menurut NEA, kasus DENV-3 menyumbang 48% dari kasus demam berdarah pada bulan Februari, hampir dua kali lipat dari kasus DENV-2.
Â
“Peningkatan proporsi kasus DENV-3 menjadi perhatian, karena kami belum memiliki wabah demam berdarah yang didorong oleh DENV-3 di Singapura selama hampir tiga dekade,” kata NEA.
Â
“Ini berarti bahwa populasi kami memiliki kekebalan yang lebih rendah terhadap DENV-3, dan akibatnya sebagian besar populasi kami rentan terhadap infeksi DENV-3,” tambah NEA. []
Â
SUMBER: CNN