JENNIFER BERZON, 35 ,masuk Islam empat tahun lalu, di tengah Ramadhan nan berkah, Allahu Akbar!
Nama hijrahnya adalah “Salma”, sementara ini ia berusaha meresmikan dokumen-dokumennya dengan berganti nama islami tersebut.
Keputusannya untuk kembali kepada al-Islam tentu dengan proses indah. Keputusan yang mengubah kehidupan sebagian hubungan dekatnya dengan keluarga Abdouli tempat bekerja, dan sahabat wanita di dalam rumah, Umm Ahmed, teman-temannya dan keluarga majikan.
Jennifer telah menghabiskan tiga tahun mengabdi dengan keluarga di Al Shamkha, Abu Dhabi. Bekerja sama di dapur, mereka menghabiskan banyak waktu untuk membahas hal-hal kecil dari kehidupan ini.
“Saya melihat seorang wanita dengan hati yang jujur baik. Dan belajar banyak darinya…” katanya. “Rasa hormat dan apresiasi serta kesabaran keluarga majikan telah membuat saya merasa sangat tersentuh…”
Sungguh ini membuat saya bertanya-tanya tentang alasan mereka semua begitu manis dan tulus untuk saya, meskipun saya hanya pembantu,” ucapnya.
Kegembiraannya berlipat ganda, tatkala sang suami pun mengikuti jejak pilihannya.
Sang majikan mengatakan bahwa semua itu adalah berkah dari Tuhan, bahwa ia telah berada dalam keluarga besar muslim. “Kehidupan telah berubah untuk selamanya… Bagaikan baru dilahirkan bunda…”
Jennifer bilang dengan jujur, bahwa mendengarkan kata-kata dari Al-Quran, “Betapa terpesona… Saya merasa cahaya masuk ke dalam hati dan jiwa saya dan tinggal menetap di sana. Saya tidak bisa menahan diri, air mata datang, mata saya basah setiap mendengarkan ayat-ayat quran itu…” Masya Allah!
Keputusan yang tak mudah. Keluarganya telah merespon negatif.
Kakak sulungnya yang paling dekat, telah mengancam akan menyakitinya secara fisik dan mengatakan bahwa dia tidak pernah ingin melihat Jennifer di-‘lilit’ jilbab.
Saudaranya yang lain, tinggal di Arab Saudi selama 12 tahun, sedang mencoba untuk membujuk ibu mereka supaya menerima pilihan iman putrinya.
“Itu sangat sulit, berat untuk mengambil langkah,” Jennifer mengakui. “Keluarga saya sekarang tidak akan menerima. Saya tadinya tidak tahu bagaimana saya akan berurusan dengan itu dan menghadapi mereka ketika harus kembali (mudik ke negeri asalnya, red.)”
Untungnya walhamdulillah, sang suami telah mendukung keputusannya. “Ketika saya masuk Islam dan saya bilang kepada suami, dan dia menghormati itu,” kata Jennifer.
Di bawah hukum Syariah, pernikahan seorang wanita Muslim dengan pria non-Muslim tidak diakui. Sang suami juga harus menjadi muslim.
Jennifer bahagia bahwa majikannya telah membantu solusi, menjelaskan prinsip-prinsip Islam kepada suaminya dalam panggilan telepon. Suaminya banyak bertanya dan puas mendengar jawaban yang ada, lantas Ia mengucapkan syahadat via telepon itu, dalam bahasa Arab, “Yaaah, dalam bahasa Arab, yang maknanya : “Tidak ada Tuhan selain Allah, Muhammad adalah utusan Allah. Alhamdulillah…”
Jennifer sangat bangga pada suaminya dan mengatakan itu membuatnya senang. Allahu Akbar! Ia amat bersyukur bahwa ayah dari anak-anaknya menyadari betapa pentingnya keimanan kepada Allah SWT.
Setelah masuk Islam, katanya, ” Lalu ia pergi ke komunitas Muslim di Filipina untuk mempelajari lebih lanjut tentang hal itu, harus mempelajari agama Islam lebih mendalam…” begitu optimis Salma.
Umm Ahmed mengatakan bahwa dia sangat bangga dapat menjadi penolong Salma. “Saya selalu ingin berbicara dengannya, terutama ketika kita berada di dapur selama berjam-jam. Kami beruntung memiliki dia, dia sangat baik dan sayang dengan anak-anak….” ujarnya. “Dan bagi saya, karunia terbesar adalah syahadatmya di rumah saya. Itu membuat kami semua, anak-anak saya juga, sangat senang, Masya Allah…”
Ini bukan pertama kalinya pembantu rumah di rumah Umm Ahmed menjadi muallaf. Pertama kalinya adalah ketika pasangan itu masih pengantin baru.
Umm Ahmed mengatakan Jennifer tampak ragu-ragu pada awalnya untuk berbicara tentang minatnya dalam Islam, tapi “Sungguh itu berarti seisi dunia bagi saya ketika dia menyatakan rasa tertariknya…”
Jennifer bilang, “Saya takut kalau majikan malah marah gara-gara saya ingin belajar Islam…”
Jadi dia berbicara dengan seorang teman dari majikannya, yang mengatakan kepadanya bahwa Umm Ahmed akan senang.
Salma sangat menghargai Nyonya dan seluruh keluarganya. Ia tertarik pada islam karena kasih sayang, kesetaraan dan empati keluarga muslim tersebut.
“Sampai akhir hidup saya, saya akan selalu ingat waktu saya dengan keluarga ini. Saya tidak pernah merasakan Nyonya sebagai orang asing, ia teman baik, seorang ibu bagi saya dan orang-orang di sekelilingnya. Saya melihatnya berbuat penuh ketulusan dan sangat baik…” keharuan itu dituturkannya.
“Kepribadiannya mempengaruhi saya dan ketika saya mengamati lebih dekat dan mendengarkannya, jadi tahu itu karena agamanya. Dan itulah sebabnya saya ingin menjadi salah satu dari mereka (dari kaum muslimin), dan mempelajari apa yang membuat dia dan keluarganya bertindak seperti yang mereka lakukan…
“Setiap Ramadhan saya amati di Abu Dhabi, suasana dan momen dengan keluarga itu sangat berarti. Itu membuat saya bertanya-tanya tentang alasan dari kehidupan dan tujuan itu.” Betapa taufiq hidayahNya telah menelusup dalam relung jiwa Salma, barokallah!
Ramadhan tahun ini akan menjadi ‘first time’ bagi Salma, ia akan berkumpul dengan suami dan anak-anak menjadi sebuah rumah tangga muslim nan bahagia, insya Allah. “Saya amat bersyukur, yaa Allah… Saya sadar bahwa kepergian ke negeri ini ternyata direncanakan dengan jalan terbaik oleh Allah SWT, saya jadi punya kesempatan untuk bertaubat, dan kembali kepada jalan yang benar. Saya ingin memiliki keluarga yang selamat dan sejahtera dalam tuntunan syari’at…” harapnya.
Ahlan wa sahlan, ukhti… Semoga Allah SWT melimpahkan kekuatan bagimu, mengumpulkan keluargamu dalam kebahagiaan, keridhoanNya di dunia hingga akhirat, aamiin… []
(@bidadari_azzam, Salam ukhuwah! KL, Mei 2014)
*Penulis adalah ananda dari bapak H. Muhammad Holdoun Syamsuri TM Moorsid dan ibunda Hj. Sahla binti H. Majid, kelahiran Palembang 19 Juni 1983, blogger sejak 2007, mantan pelajar berprestasi Indonesia. Ia merupakan supporter setia suami saat bertugas menyelesaikan projek IT SAP di berbagai negara, pembimbing para muallaf dengan aktif sebagai koordinator muslimah di Islamic-Centre Krakow, Poland. Sarjana Ilmu Komunikasi, ibu tiga jagoan, sahabat pendidik dan pengamat TKI, peserta kelas Quran Hadits di Ampang Putra-KL. #PeduliKanker Saat ini aktif pula menjadi sukarelawan pengurusan jenazah muslimah.dll. Buku karyanya antara lain Catatan CintaNya di Krakow, Antologi “Indahnya Persahabatan” (2012), Sajak Mengeja Masa (Kumpulan Puisi)~2013. Silaturrahim di :Twitter ID : @bidadari_azzam, FB akun : Sry Bidadari Azzam Dua