TERDEPAKNYA Jerman di Piala Dunia 2018 menjadi titik terendah bersejarah negara tersebut dalam perhelatan bola empat tahunan itu. Hanya beberapa jam setelah disingkirikan Korea Selatan, merebaklah berbagai spekulasi tentang Jerman: sejak awal tim ini datang ke Rusia dengan masalah—misalnya foto Mesut Ozil dan Ilkay Gundogan dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.
Untuk keempat kalinya dalam lima Piala Dunia, sang juara bertahan angkat koper di babak penyisihan grup. Juara bertahan keluar, tersingkir di babak pertama.
Di tengah peta kekuatan dan materi tim-tim kuat, Jerman seharusnya menjadi satu-satunya yang dapat diandalkan, sebuah tim yang dibangun begitu solid dan dihuni para pemain bintang, dan paduan pemain muda dan berpengalaman.
BACA JUGA: Mohamed Salah Minta Maaf atas Tersingkirnya Mesir dari Piala Dunia 2018
Apa yang paling memberatkan tentang Jerman adalah—tidak seperti Spanyol 2014, Italia 2010 atau bahkan Prancis 2002—Jerman tampaknya tidak benar-benar sadar akan akhir alami dari sebuah siklus, yang akhirnya dikalahkan oleh kesuksesan luar biasa mereka sendiri.
Sebagian besar dari mereka masih dalam masa jayanya. Hanya Manuel Neuer, Sami Khedira dan Mario Gomez adalah satu-satunya pemain yang berusia di atas 29 tahun, dengan tidak ada di antara mereka yang berusia di atas 32 tahun. Dengan materi seperti itu, Jerman juga seharusnya menjadi skuat dengan kedalaman bakat hebat di Piala Dunia, didukung lebih lanjut oleh begitu banyak pemain muda.
Tapi, sepertinya memang sama sekali tidak ada percikan api, tidak ada semangat.
Yang ada adalah sepak bola yang sangat membosankan, pergerakan Jerman sangat mudah ditebak, sebuah tim yang semakin mencari momen-momen inspirasi individual seperti Toni Kroos melawan Swedia daripada perkembangan nilai pemuda yang konsisten secara kohesif namun tidak dibawa, Leroy Sane.
Dan untuk semua itu, pertanyaan terbuka harus ditujukan kepada satu orang: manajer Joachim Loew.
BACA JUGA: Bermain Baik Lawan Korea, Ozil Jadi Sasaran Kemarahan Pendukung Jerman
Jogi Loew sudah menukangi Jerman selama 12 tahun. Sebenarnya tidak ada banyak kesuksesan yang luar biasa yang diberikan oleh Jogi. Hanya ada satu trofi, yaitu Piala Dunia 2014 di Brasil.
Kisah Jerman di Piala Dunia 2018 telah berakhir, dan mungkin menimbulkan pertanyaan apakah Loew dan beberapa pemain lain juga harus pergi. Yang pasti, Jerman memang pantas tersingkir, bukan hanya karena Ozil, Gundogan, pemain lainnya, tapi seluruh tim yang sudah terbius dengan hasil manis melawan Swedia. []
SUMBER: THE INDEPENDENT