TANYA: Apakah arah kiblat harus selalu tepat 100%? Bagaimana jika melenceng?
JAWAB: Dikutip dari rumahfiqih.com, kalau kita seorang diri di tengah hutan lalu agak keliru dalam menentukan arah kiblat, tentu hal itu dimaklumi.
Juga sangat dimaklumi bila kita juga orang awam yang kurang paham arah kiblat, tapi ternyata agak sedikit bergeser dalam menetapkan arah kiblat.
Yang penting kita telah berijtihad dengan segala daya dan upaya yang kita pahami, ternyata arah kiblat yang kita ijtihadi itu agak melenceng, tentu saja Allah SWT tidak akan membebani manusia kecuali sesuai dengan kadar kemampuannya.
Tapi hal itu tidak berlaku buat sebuah masjid yang bersifat permanen dan ada begitu banyak jamaah. Apalagi ada begitu banyak orang pandai yang mampu mengukur arah kiblat dengan presisi yang tepat. Maka saat itu kita tidak bisa bermain api untuk urusan arah kiblat ini.
Berbeda 1 atau 2 derajat memang kecil sekali, kalau kita lihat di penggaris busur derajat. Tapi manakala perbedaan yang cuma 1 atau 2 derajat itu kita tarik garis lurus sampai 9.000 km jauhnya, maka melencengnya sudah sangat jauh. Jarak melencengnya bisa ribuan kilometer.
Padahal, semelenceng-melencengnya arah kiblat yang ditolelir adalah selama masih menghadap ke masjid Al-Haram, kalau tidak bisa tepat ke arah ka’bah yang jauh lebih kecil.
Sebagaimana firman Allah SWT:
Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan di mana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. (QS. Al-Baqarah: 144)
Tapi kalau arahnya sudah sampai ke Iran, atau Moghadishu, tentu tidak bisa dibenarkan. Terutama bila arah itulah yang secara permanen ditetapkan oleh sebuah masjid modern.
Nah, tinggal para pengurus masjid yang harus berhadapan dengan Allah SWT yang dibebankan kesalahan arah shalat sekian puluh ribu orang. Kalau pengurus itu berasalan bahwa mereka juga tidak tahu, karena baru jadi pengurus setela masjid itu berdiri, mungkin masih ada execuse.[]