QEIS bin Sa’ad berasal dari keluarga Arab yang paling dermawan dari turunan yang mulia. Usia yang muda tidak membatasi kemampuannya sebagai pemimpin. Ia seorang yang mahir, licik dan cerdik. Ia pun mengatakan secara jujur tentang dirinya, “Jika bukan karena Islam maka akulah ahli tipu muslihat Arab yang paling lihai dan tiada yang bisa membandingi.”
Ia tersadar akan salahnya suatu tipu muslihat yang berlebihan, maka teringatlah pada firman Allah SWT, “. . . Rencana yang jahat itu hanya akan menimpa orang yang merencanakannya sendiri . . .”
BACA JUGA: Sahabat yang Dibaiat di Bawah Sebuah Pohon
Sebenarnya Qeis telah diangkat menjadi Gubernur Mesir oleh Imam Ali. Tapi itu berakhir karena perseteruannya dengan Mu’awiyah yang sudah lama mengincar daerah yang dipimpin olehnya.
Setelah tak lagi memegang kepemimpinan atas wilayah Mesir, Qeis kembali ke Madinah. Namun Ia tetap setia kepada Ali bin Abi Thalib r.a karena yakin kebenaran lebih dekat pada Ali. Kedekatannya dengan Ali bukan karena pamrih jabatan dan kedudukan, tapi ikhlas karena kebenaran.
BACA JUGA: Sahabat Ayo Bertemu Lagi di Surga
Sebab itulah, saat jabatan hilang, hal itu tak mengubah pendiriannya. Sampai akhirnya pada tahun 59 H, di kota Madinah Al-Munawwarah telah berpulangnya ke rahmatullah seorang yang pernah berkata, “Kalau tidak aku mendengar Nabi SAW bersabda, ‘Tipu daya dan muslihat itu di dalam neraka.’ Niscaya aku tidak akan ada dalam kedamaian dan tidak akan pula meninggalkan nama harum sebagai pria arab yang jujur, terus terang , dermawan dan berani.”
Ialah pahlawan yang mana dengan keislamannya mampu mengendalikan tipu muslihatnya menjadi penawar bisa. []
Sumber: Karakteristik Perihidup Enam Puluh Sahabat Rasulullah/Pengarang: Khalid Muhammad Khalid/Penerbit: Diponegoro. Edisi/ Cet ke, : Cet 20. Tahun Terbit: 2006