“Hati-hatilah terhadap dusta. Sesungguhnya dusta membawa kepada kejahatan dan kejahatan membawa kepada neraka. Selama seorang dusta dan selalu memilih dusta, dia tercatat di sisi Allah sebagai seorang pendusta.” (HR. Al-Bukhari).
MAHA Agung Allah yang melengkapi tubuh manusia dengan lidah dan dua bibir. Dari keduanyalah seorang anak manusia berkomunikasi. Ia menjadi mampu mengungkap isi hati, pikiran, dan perasaan. Sesuatu yang tak terlihat menjadi jelas. Sayangnya, tidak semua mampu merawat anugerah Allah yang mahal ini.
BACA JUGA: Akibat Kebiasaanku Dulu, Kini Anakku Terbiasa Berbohong
Berhati-hatilah ketika orang mudah percaya omongan kita
Ujian Allah tidak selalu berupa keburukan. Prestasi dalam hal tertentu pun bisa menjadi ujian. Apakah ia mampu bersyukur, atau kufur. Termasuk anugerah Allah berupa kepiawaian dalam bicara.
Orang yang bersyukur dengan kemampuan itu, justru sangat hati-hati dalam bicara. Lebih baik diam, jika tidak ada hal perlu yang akan dibicarakan. Itulah nasihat Rasul yang berbunyi, “Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah bicara yang baik atau diam.” (Alhadits)
Namun, ada yang bersyukur, ada juga yang kufur. Mereka yang kufur menjadikan anugerah Allah itu untuk melakukan kebohongan. Ia bangga kalau orang lain bisa tersihir dengan omongannya. Susunan kata-katanya begitu teratur. Intonasinya memukau. Emosi pendengar pun ada dalam genggamannya. Mau dikemanakan pun, pendengar akan ikut: tertawa, senyum, menangis, semangat, mendukung atau menjatuhkan orang yang dibicarakan.
BACA JUGA: Bohong dalam Hal Ini Dibolehkan tapi Perhatikan Dulu
Ada yang sengaja membagus-baguskan sebuah cerita. Segala fakta diatur sedemikian rupa sehingga cocok dengan keinginan para pendengar. Tanpa sadar, orang seperti ini telah membentuk bingkai pikirannya dengan dusta.
Rasulullah saw. bersabda, “Suatu khianat besar bila kamu berbicara kepada kawanmu dan dia mempercayai kamu sepenuhnya padahal dalam pembicaraan itu kamu berbohong kepadanya.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud). []