Namanya Muhammad Ason. Ia berasal dari negara bagian Rakhine, Myanmar. Pria berusia 24 tahun ini menyelamatkan diri dari kekejaman Militer Myanmar beberpa pekan yang lalu.
Ason adalah siswa Sekolah menengah di Negara bagian Rakhine. Ia menceritakan keinginannya belajar bahasa inggris.
“Saya ingin belajar bahasa Inggris agar bisa membantu saudara saya dan mengungkapkan masalah kami kepada dunia,” kata Ason, seperti dilansir oleh Al-Jazeera, Ahad (17/09/2017).
Selain sebagai seorang pelajar, Ason juga berprofesi sebagai pedagang kelontong. Ason mengaku sangat terjajah hidup di Rakhine. Ia dilarang membeli barang dari negara lain untuk dijual di toko nya. “Ada banyak batasan yang membuat hidup kami sulit.”
Ason mulai menceritakan pembantaian oleh militer Myanmar pada 25 Agustus lalu.
“Saya ingat ketika militer datang ke desa kami dan mulai menembak. Tetangga saya tidak terima mendapat serangan itu. Akhirnya dia mencoba melawan dengan pisau. Tetapi, para tentara itu menembaknya hingga mati. Itu semua terjadi tepat di depan mataku. Mereka telah menyiksa kita selama bertahun-tahun, mengalahkan kita dan membatasi gerakan kita, tapi sekarang mereka menembak kita – saya tidak dapat hidup seperti itu, jadi saya melarikan diri ke Bangladesh,” kata Ason.
Ason mengaku sangat sedih meninggalkan desanya. Semua hartanya ia tinggalkan. “Satu-satunya yang bisa saya bawa adalah longyi cadangan (pakaian yang dikenakan di pinggang yang umum di Myanmar)” ujarnya.
Kini Ason bersama ratusan ribu lainnya tinggal di Bangladesh. Ia mengaku tidak senang tinggal di sana.
“Saya tidak suka di Bangladesh, kita harus tidur di pinggir jalan, basah dan berlumpur dan kita belum mendapat cukup dukungan,” terang Ason.
“Jumlah Rohingya di sini sangat besar, orang-orang Bangladesh mencoba untuk membantu dan beberapa organisasi berada di sini. Tapi dengan jumlah Rohingya yang tinggal di sini mereka tidak sebanding.”
“Dunia perlu menekan pemerintah Myanmar untuk membiarkan kita kembali ke negara kita sendiri. Bangladesh bukan negara kita, orang-orang di sini mengatakan bahwa kita adalah Rohingya dan bahwa kita orang Birma. Kami berasal dari Negara Bagian Rakhine dan di sanalah tempat kami berada.”
“Permintaan saya kepada dunia adalah tolong bantu kami mendapatkan hak kami sendiri di Myanmar.”
“Umat Buddha hidup dalam damai, jadi mengapa kita tidak bisa hidup seperti mereka. Buddha dapat mengikuti ajaran Buddha dan kita akan mengikuti Islam. Kami tidak menginginkan konflik agama, kami hanya ingin mengikuti agama kami dengan cara yang sama seperti mereka. “