AHNAF bin Qais RA adalah seorang lelaki dari Bani Sa’d. Ketika Nabi shalallahu‘alaihi wa sallam mengirimkan seorang lelaki dari Bani Laits untuk mengajak kabilah Bani Sa’d untuk memeluk Islam, ia tidak memperoleh sambutan yang diharapkan, tetapi saat itu Ahnaf bin Qais berkata kepada utusan Nabi shalallahu‘alaihi wa sallam tersebut, “Sesungguhnya engkau menyeru kami kepada kebaikan, dan memerintahkan kami untuk melakukan hal itu.Apakah beliau juga menyeru kepada kebaikan?”
Utusan Nabi shalallahu‘alaihi wa sallam tersebut membenarkannya, dan Ahnaf-pun akhirnya memeluk Islam, walau mungkin ia hanya sendirian saat itu.
BACA JUGA: Bersabarlah, Musibah yang Dihindarkan Lebih Banyak daripada yang Ditimpakan Padamu
Berlalulah waktu, sampai pada masa Khalifah Utsman bin Affan. Saat itu Ahnaf sedang thawaf di Baitullah, ketika seorang lelaki memegang tangannya, yang ternyata lelaki Bani Laits yang pernah berdakwah di kaumnya. Ia berkata kalau punya kabar gembira buat Ahnaf. Sepulangnya dari mengajak Bani Sa’d untuk memeluk Islam, ia menceritakan pada Nabi shalallahu‘alaihi wa sallam apa yang dialaminya, termasuk ucapan Ahnaf. Nabi shalallahu‘alaihi wa sallam kemudian mendoakan Ahnaf, agar Allah memberikan ampunan kepadanya.
Mendengar cerita lelaki tersebut, Ahnaf langsung berseru gembira, “Tiada aku berharap kepada sesuatu, yang lebih besar daripada harapanku atas doa Rasullullah tersebut.”
Seorang keponakan Ahnaf pernah datang kepadanya dan mengeluhkan musibah yang dialaminya, tetapi Ahnaf tidak memperdulikannya. Tetapi sang keponakan masih saja datang lagi sampai beberapa kali dengan keluhan yang sama.
BACA JUGA: Menurut Ibnu Qayyim, Inilah Keterkaitan antara Doa dan Musibah
Melihat perilakunya itu, Ahnaf berkata, “Wahai keponakanku, jika musibah menimpamu, keluhkanlah kepada Dzat yang memiliki jalan pemecahan masalahmu itu, jangan engkau keluhkan kepada mahluk-Nya. Manusia di hadapanmu ada dua macam, yaitu sahabat yang harus kau santuni, dan musuh yang harus kau caci maki. Wahai keponakanku, lihatlah salah satu mataku ini, demi Allah, aku tidak bisa melihat dengannya benda-benda yang kecil ataupun gunung semenjak empat puluh tahun lalu. Dengan keadaan itu, aku tidak bisa melihat istriku dan juga anggota keluargaku.”
Sumber: Kisah 25 Nabi dan Rasul dilengkapi Kisah Sahabat, Tabiin, Hikmah Islam, Rasulullah, wanita shalihah/ kajian Islam 2