KEBANYAKAN orang Muslim yang menderita tekanan beban kehidupan dikarenakan enggan melakukan shalat. Perbuatan yang demikian (enggan melakukan shalat) adalah penyia-nyiaan terhadap makna hidup dan merupakan penyebab penguasaan setan atas dirinya. Allah berfirman, “Peliharalah segala shalat (mu) dan (peliharalah) Shalat wustha.” (Al-Baqarah [2]: 238)
Barangsiapa selalu menjaga dan memenuhi panggilan shalat, maka seolah-olah ia menjaga dirinya sendiri. Pembalasan itu tergantung pada amal perbuatan, sebagaimana firman Allah:
“Ingatlah kalian kepada-Ku, maka Aku akan ingat kepada kalian.” (Al-Baqarah [2]: 152)
“Jika kamu menolong agama Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (Muhammad [47]: 7)
Sepertinya, pada ayat-ayat di atas dikatakan, “jagalah shalat, supaya Tuhan yang menyuruhmu shalat menjagamu.” Atau “Jagalah shalat, sehingga shalat itu akan menjagamu.”
Shalat menjaga diri orang yang bershalat dalam beberapa hal, diantaranya:
1. Menjaga dari kemaksiatan. Firman Allah: “Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar.” (Al-Ankabut [29]: 45). Barangsiapa menjaga shalat, maka shalat akan menjaganya dari perbuatan keji.
2. Menjaganya dari ujian dan cobaan. Allah Wst berfirman, “Jadikanlah shalat dan sabar sebagai penolongmu.” (Al-Baqarah [2]: 45)
3. Menjaganya dari siksa kubur dan siksa api neraka pada hari kiamat. Orang yang melakukan shalat berarti berada dalam perlindungan dan penjagaan Allah. Rasulullah Saw bersabda, “Barangsiapa menjalankan shalat shubuh, niscaya ia berada dalam tanggungan Allah. Allah tidak meminta ganti tanggungan-Nya dengan sesuatu apapun. Barangsiapa meminta tanggungan-Nya dengan sesuatu, maka ia akan menemukannya, kemudian menelungkupkan wajahnya di dalam neraka jahannam.” (HR. Muslim)
Barangsiapa tidak mau menjalankan shalat, berarti ia telah mengahdapkan dirinya kepada bahaya yang telah dijanjikan oleh Allah, yaitu mencabut pertolongan-Nya dari dirinya. Akibatnya, tidak ada lagi tempat berlindung bagi dirinya. Setelah Allah meninggalkannya, ia pun akan mendapatkan dirinya berhadapan sendirian dengan setan.
Sebagaimana orang saleh mengatakan, “Demi Allah, tidak ada musuh yang memusuhimu, kecuali setelah engkau meninggalkan Allah. Jangan kau kira musuh telah menang, tetapi Allah Sang Penjaga-lah yang telah berpaling.”
Rasulullah Saw bersabda, “Barangsiapa melakukan shalat shubuh, niscaya ia berada dalam tanggungan-Nya. Barangsiapa mengabaikan tanggungan Allah, maka Allah akan membenamkan wajahnya ke dalam neraka.”
Diriwayatkan bahwa Al-Hajjaj memerintahkan Salim bin Abdullah untuk membunuh seorang laki-laki, kemudian Salim berkata kepada laki-laki tersebut, “Apakah engkau melakukan shalat shubuh?” laki-laki itu menjawab, “Ya.” Ia (Salim) berkata, “Pergilah.” Setelah itu, Al-Hajjaj berkata kepada Salim, “Apa yang mencegahmu dari membunuhnya?” Salim berkata, “Bapak saya telah menceritakan kepada saya bahwasanya ia pernah mendengar Rasulullah Saw bersabda, “Barangsiapa menjalankan shalat shubuh, niscaya Allah berada di sampingnya sepanjang hari.” Maka dari itu, aku benci untuk membunuh seseorang yang didampingi oleh Allah.”
Kemudian Al-Hajjaj bertanya kepada Ibnu Umar ra “Apakah kamu telah mendengar [riwayat] ini [dari Rasulullah]?” Ibnu Umar menjawab, “Ya.”
Abu Hurairah ra berkata, Rasulullah bersabda, “Jika engkau keluar dari rumahmu, maka bershalatlah dua rakaat; niscaya tercegahlah kamu dari jalan keluar yang buruk. Dan jika engkau masuk ke dalam rumahmu, maka bershalatlah dua rakaat; niscaya akan tercegahlah kamu dari jalan masuk yang buruk.”
Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya Allah berfirman, “Wahai anak Adam! Cukupkanlah untuk-Ku empat rakaat (shalat) pada permulaan hari (pagi), niscaya Aku akan mencukupimu dengannya pada penutup hari (sore).”
Shalat adalah pelindung dan penjaga. Barangsiapa menelantarkan shalat, maka Allah akan menelantarkannya. Allah pun menghukumnya dengan menjadikan setan sebagai temannya. Akibatnya, setan tidak akan berpisah dengannya, baik pada waktu ia diam maupun berjalan, dan ia (setan) akan menjadi teman hidupnya.
Setan adalah seburuk-buruk teman. Allah berfirman: “Barangsiapa berpaling dari pengajaran Tuhan Yang Maha Pemurah (Al-Qur’an), kami adakan baginya setan (yang menyesatkan), maka setan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya. Dan sesungguhnya setan-setan itu benar-benar menghalangi mereka dari jalan yang benar, tetapi mereka menyangka bahwa mereka mendapat petunjuk. Sehingga apabila orang yang berpaling itu dating kepada Kami (di hari kiamat), dia berkata, “Aduhai, semoga (jarak) antara aku dan kamu seperti jarak antara masyriq dan maghrib, maka setan itu adalah sejahat-jahatnya teman yang menyertai manusia.” (Harapanmu) itu sekali-kali tidak akan memberi manfaat kepadamu di hari itu karena kamu bersekutu dalam azab itu.” (Az-Zukhruf [43]: 36-39)
Dalam sebuah hadits disebutkan, “Jika ada tiga orang (muslim), baik di kota maupun di desa, dan tidak didirikan shalat pada mereka (bertiga), maka setan tentu menguasai mereka. Tetaplah kalian pada kelompok, karena sesungguhnya srigala akan memakan (anak kambing) yang jauh (dari kelompoknya).”
Nabi Saw telah menerangkan bahwa setan adalah srigalanya manusia dan ia adalah musuh yang paling memusuhi.
Sebagian ulama salaf berkata, “Aku melihat seorang hamba dihempaskan di antara Allah dan setan. Bilamana Allah berpaling darinya, maka setan akan menguasainya. Jika Allah menguasainya, maka setan tidak akan berkuasa atas diri si hamba itu.” []