Oleh: Muntarsih Zakiyya Sakhie
“MALU adalah sebagian dari iman.” (HR Bukhari dan Muslim)
Rasa malu merupakan isyarat bahwa seseorang masih memiliki iman. Setiap orang memiliki kadar malu yang berbeda-beda. Jika malu sudah sirna dalam diri seseorang maka diibaratkan sifat kemanusiaannya juga telah terkubur.
BACA JUGA: Cukur Bulu Kemaluan, Ini Caranya yang Disyariatkan
Semakin teguh iman seseorang semakin kuat pula rasa malunya, sehingga tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat merusak keimanannya. Begitu pula sebaliknya orang yang tidak memiliki rasa malu bukan berarti sedang memiliki tingkat ke-pede-an yang tinggi, melainkan telah rapuh atau bahkan iman di dadanya telah lenyap.
Bilamana sering kita dapati pelaku-pelaku zina yang dengan tanpa malu-malu mengatakan bahwa ia telah serumah dengan tanpa ada ikatan pernikahan. Banyak pula pelaku-pelaku maksiat lain yang dengan terang-terangan menunjukkan perbuatan maksiatnya bahkan yang lebih memprihatinkan mereka merasa bangga ketika dirinya melakukan hal itu karena explorasi seni, tuntutan profesi dan sebagainya.
Ada sebuah hadist yang layak untuk dijadikan bahan perenungan ” Jika kamu tidak memiliki rasa malu, berbuatlah sesukamu.” (HR Bukhari)
Jika seseorang telah hilang rasa malunya, Allah Swt memberikan sindiran yang cukup pedas yaitu silahkan manusia berbuat sesukanya. Jika manusia sudah kehilangan sifat malunya itu artinya akalnyapun sedang tidak berfungsi. Kemuliaan sebagai makhluk yang sempurna dengan kelebihan akal yang dikaruniakan Allah Swt seakan sudah tiada berguna. Sebab jika manusia sudah hilang akan sifat malunya maka tatanan kehidupan akan ikut hancur pula.
Mudah kita bayangkan bagaimana jadinya jika rasa malu telah tercabut dalam diri seseorang, barangkali perilaku seseorang sudah tak ubahnya seperti binatang. Naudzubillah.
BACA JUGA: Asma binti Abu Bakar Merasa Malu Diminta Naiki Unta Nabi
Bagaimana saat ini banyak kita jumpai dampak dari minimnya sifat malu, anak gadis yang hamil di luar nikah, tindakan aborsi dan pembunuhn bayi yang tidak berdosa, merebaknya kasus perselingkuhan antara pasangan yang sudah memiliki keluarga, perempuan bersifat agresif mengganggu suami orang, tindakan pemerkosaan seorang ayah pada anak kandungnya dan sebagainya.
Jika situasi yang memalukan seperti ini tidak segera ditanggulangani maka kehancuranlah yang akan terjadi.
Oleh karena itu amatlah penting setiap kita memupuk rasa malu (malu dalam arti yang positif) sebagai parameter perilaku-perilaku kita agar tidak keluar dari jalan kebenaran.
“Sungguh rasa malu tidak akan mendatangkan sesuatu kecuali kebaikan.” (HR Bukhari dan Muslim) []