Oleh: H.O. Syamsuddin
SELAMA hidup di dunia, kita harus mempunyai pegangan hidup yang kuat, agar tidak jatuh ke jurang kehinaan dan kecelakaan. Untuk itu Allah telah berfirman:
وَٱعۡتَصِمُواْ بِحَبۡلِ ٱللَّهِ جَمِيعٗا وَلَا تَفَرَّقُواْۚ وَٱذۡكُرُواْ نِعۡمَتَ ٱللَّهِ عَلَيۡكُمۡ إِذۡ كُنتُمۡ أَعۡدَآءٗ فَأَلَّفَ بَيۡنَ قُلُوبِكُمۡ فَأَصۡبَحۡتُم بِنِعۡمَتِهِۦٓ إِخۡوَٰنٗا وَكُنتُمۡ عَلَىٰ شَفَا حُفۡرَةٖ مِّنَ ٱلنَّارِ فَأَنقَذَكُم مِّنۡهَاۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ ٱللَّهُ لَكُمۡ ءَايَٰتِهِۦ لَعَلَّكُمۡ تَهۡتَدُونَ
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.” (QS. Ali-Imran:103)
BACA JUGA: 2 Nikmat Allah yang Sering Dilupakan
FirmanNya lagi:
وَلَا تَكُونُواْ كَٱلَّذِينَ تَفَرَّقُواْ وَٱخۡتَلَفُواْ مِنۢ بَعۡدِ مَا جَآءَهُمُ ٱلۡبَيِّنَٰتُۚ وَأُوْلَٰٓئِكَ لَهُمۡ عَذَابٌ عَظِيمٞ
“Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat.” (QS. Ali-Imran:105)
Dengan dua ayat tersebut, kita mendapat petunjuk yang sangat berharga. Sehingga kita tahu pegangan hidup yang hakiki, yang bisa menghindarkan dari rasa permusuhan. Dengan itu kita dapat menikmati hidup bersaudara, serta selamat dari sekapan api neraka yang dahsyat.
Di dalam ayat terserbut, kita diperintah untuk berpegang kepada tali Allah, yaitu Alquràn dan As-Sunnah. Kaum Àus dan Khajraz, sebelum menerima ajaran yang dibawa Rasulullah SAW, mereka senantiasa bermusuh-bermusuhan. Tetapi setelah mereka mengenal Alquràn dan As-Sunnah, sirnalah rasa permusuhan yang sudah berabad-abad melekat pada mereka. Hidup mereka menjadi penuh dengan kerukunan pada mereka. Hidup mereka menjadi penuh dengan kerukunan, satu usaha, satu suara, dan satu arah demi menuju ke arah mardhatillah.
Jika manusia sudah tidak mau lagi berpegang kepada Alquràn dan As-Sunnah, mereka tiada ubahnya seperti daun yang sudah terlepas dari tangkainya. Menjadi sampah yang berserak, hilang daya dan kekuatannya, ditebar angin kian kemari, ditelan situasi dan tradisi.
Jika umat Islam terlepas dari tali Allah, meskipun berjuta bilangan banyaknya, tiada ubahnya bagaikan sampah yang bertumpuk dan berbau busuk. Yang mengundang dan menjadi sarang penyakit. Kalau sampah itu terbawa air, akan menjadi sarang penyakit. Kalau sampah itu terbawa air, akan mengalun di atas sungai tanpa tujuan. Mengikuti arus, menyumbat saluran, serta menyulitkan petani dalam mengairi ladang dan sawahnya.
BACA JUGA: Umat Islam Harus Tolong Menolong dan Kerja Sama
Jika umat Islam sudah lepas dari tali Allah, maka bagaikan pasir yang menggunung. Meskipun banyak tetapi tidak mempunyai daya kekuatan, untuk menahan badai dan topan kemungkaran yang melanda jiwanya: dan akan menghancur leburkan kesucian rohani dan jasmaninya.
Ketika daun masih lekat dengan tangkainya, nampak daun itu erat, segar dan tahan uji. Betapapun kencangnya angina bertiup, derasnya badai dan topan melanda, daun itu tetap utuh dan teguh, tidak goyah dan patah. []
SUMBER: PERSIS