Oleh: Shinta Wahyu
sintawahyu2@gmail.com
SAYA pernah mengikuti sebuah pelatihan kerja di KPP sebuah perusahaan ternama cabang Solo. Dari pelatihan tersebut, saya mendapat sebuah pelajaran berharga tentang jilbab seorang muslimah. Dengan trainer bernama Pak Didin, beliau membawakan materi Selling Skill.
Salah satu poin dari materi tersebut adalah mengidentifikasi atau mengenali calon pembeli. Cara mengidentifikasi adalah dari melihat atribut yang dikenakan oleh orang tersebut. Apakah dia pria atau wanita? Apakah masih muda atau sudah tua? Apa bersama anak atau malah asyik bermain gadget? Selain itu kita juga bisa mengidentifikasi dari pakaian dan aksesoris yang mereka kenakan.
Untuk mengenali orang lain berdasarkan penampilan, sebenarnya tidak hanya di butuhkan dalam rangka bekerja saja. Sebagai makhluk sosial, kita tidak lepas dari interaksi dengan orang lain di tempat umum seperti dalam bus kota, di stasiun, terminal, supermarket, pasar, dan lain-lain. Sadar atau tidak, kita pasti sering dan pernah mengidentifikasi orang lain pada pandangan pertama dari apa yang tampak dari fisiknya.
Setelah mengenali tanda tersebut, kita baru mulai menyapa. Karena tidak enak banget ya, duduk bersebelahan tapi tidak saling bertegur sapa. Jangan pindahkan pertemananmu hanya ke media sosial saja, tapi di dunia nyata malah anti sosial.
Pembahasan mulai merembet ke soal jilbab. Pak Didin mengatakan satu kalimat yang selalu saya ingat.
“Dengan melihat Shinta yang memakai jilbab ini, saya sudah tahu tanpa harus bertanya bahwa dia seorang muslim. Kalau dia memakai celana jeans dan baju pendek, saya tidak akan berani mengatakan dia seorang muslim. Kalau saya menyapanya dengan Assalamu’alaikum, jangan-jangan dia Kristen.”
Yaps!
Sesederhana itu aja gurls, jilbab kita bagi orang lain. Kita dikenali sebagai seorang muslimah dari jilbab yang kita pakai. persis seperti isi dari QS. Al-Ahzaab: 59
“Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin, ‘Hendaklah mereka menjulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.’ Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenali, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Mereka tidak sibuk mengurusi apakah akhlak kita sudah sempurna atau belum. kebanyakan dari kita malah ribut mempermasalahkan tentang jilbabin hati dulu lah, benerin akhlak dulu lah, belum alim lah. Stop semua keribetan itu. Jangan ragu berjilbab because … Jilbab is our identity, right? []
Kirim RENUNGAN Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word.