KITA tahu bahwa hidup di dunia ini bukan hanya diisi oleh makhluk-makhluk yang kasat mata. Di sekililing kita pun terdapat pula makhluk yang tak kasat mata, yang senantiasa memiliki misi yang amat merugikan diri kita. Ialah setan, sang penggoyah iman.
Tahukah Anda, bahwa setan atau pun jin merupakan makhluk yang sering menggoda kita? Ia bisa saja merasuki tubuh seseorang yang memang keadaan dirinya dalam keadaan kosong. Maksudnya, seseorang yang sedang tidak pokus dalam menjalankan hidupnya, juga cahaya iman dalam hatinya tertutupi. Tapi, bagaimana caranya mereka bisa masuk? Lalu, di mana ia tinggal?
Jin adalah angin, sedangkan tubuh manusia tersusun dari liang roma (pori-pori kulit). Karena itu, memungkinkan sekali jika jin merasuk ke tubuh manusia dari mana saja. Dalil yang mengatakan bahwa jin adalah angin adalah firman Allah SWT, “Dia (Allah) menciptakan jin dari nyala api,” (QS. Ar-Rahman: 15).
Abdullah bin Abbas RA mengatakan, “Maksud nyala api di dalam ayat ini adalah jilatan api. Sedangkan jilatan api adalah angin panas yang keluar dari api.”
Ketika jin telah berhasil masuk ke dalam tubuh manusia, dia akan langsung menuju otak. Dari otak yang menjadi sentral organ manusia inilah, jin mempengaruhi setiap anggota tubuh manusia.
Hasil riset ilmu kedokteran menyatakan bahwa orang-orang yang kesurupan jin mengalami kegoncangan secara menetap pada otak. Banyak jin yang memberitahukan kepada Wahid Abdussalam Bali –Penulis buku Ruqyah Jin, Sihir dan Terapinya- bahwa mereka tinggal di otak.
Ada jin yang berkata kepada Abdussalam, “Saya dapat mempengaruhi setiap anggota tubuh manusia.” Suatu kali ia juga pernah berkata kepada orang yang kesurupan, “Peganglah lengan ini.” Maka dia pun mengulurkan lengannya. Lalu, tiga orang pemuda yang kuat berdiri untuk melipat lengan itu, tetapi mereka tidak mampu melakukannya. Lalu, ia katakan kepada jin yang berada di dalamnya, “Lepaskan lengan itu.” Maka, dia pun meninggalkannya, sehingga lengan itu kembali seperti semula. []
Referensi: Ruqyah Jin, Sihir dan Terapinya/Karya: Syaikh Wahid Abdussalam Bali/Penerbit: Ummul Qura