ADAPUN para jin, maka mereka mentaati manusia dengan membantu mereka memberikan banyak hal dari berita-berita gaib dan pengaruhnya. Akhirnya, orang-orang yang sedikit ilmu dan imannya terperdaya dengannya, sehingga mereka setia kepada musuh-musuh Allah, dan memusuhi para kekasih-Nya.
Mereka berbaik sangka kepada orang yang keluar dari jalan dan Sunnah-Nya dan berburuk sangka kepada orang yang mengikuti Sunnah Rasul dan apa yang beliau bawa. Yakni orang-orang yang tidak mengikuti berbagai perkataan yang menyimpang, pendapat-pendapat yang meragukan, kesesatan orang-orang yang keluar dari agama dan kebohongan orang-orang sufi.
BACA JUGA: Jin Masuk ke Tubuh Manusia, Gimana Caranya?
Orang yang melihat dan memahami adalah orang yang diberi cahaya iman. Dan orang yang mendapat ma’rifat adalah orang yang mengetahui hakikat apa yang bakal menimpa sebagian besar makhluk, ia seorang yang kritis, tidak memperturutkan kesesatan, dan mengetahui bahwa sebagian besar makhluk termasuk yang dimaksud oleh ayat di atas.
SEORANG yang fasik merasa senang dengan syetan karena ia menolongnya pada sebab-sebab kefasikan. Sedangkan syetan merasa senang dengan orang fasik karena ia menerima dan mentaatinya, sikap itulah yang membuatnya senang dan gembira.
Sedangkan dengan orang musyrik, syetan bergembira karena perbuatan syiriknya dan penyembahannya kepadanya. Sedangkan orang musyrik merasa senang dengan syetan karena ia meluluskan berbagai permintaannya serta selalu menolongnya.
Barangsiapa tidak memahami hal ini, niscaya ia tak memahami haki-kat iman dan syirik, serta rahasia ujian Tuhan antara jin dan manusia.
BACA JUGA: Anak Indigo bisa Melihat Jin, Benarkah?
Selanjutnya mereka berkata, “Dan kami telah sampai pada ajal (waktu) yang telah Engkau tentukan bagi kami.” (Al-An’am: 128). Ajal di sini bisa berarti kematian, bisa pula berarti Hari Kebangkitan, karena keduanya adalah termasuk ajal yang ditentukan Allah bagi segenap hamba-Nya.
Dan kedua ajal itulah yang dimaksud oleh firman Allah, “Sesudah itu ditentukan-Nya ajal (kematian), dan ada lagisuatu ajal yang ditentukan (untuk berbangkit).” (Al-An’am: 2).
Seakan-akan ini –dan hanya Allah Yang Maha Mengetahui—suatu isyarat permohonan kemurahan dan taubat. Seakan mereka berkata, “Kini telah tiba waktunya, dan kenikmatan ini telah berakhir, ia tidak akan lagi berlanjut, ia tidak abadi, semua telah sampai pada waktunya, berakhir pada batasnya, dan setiap segala sesuatu pasti ada akhirnya.”
Lalu Allah befirman kepada mereka, “Neraka itulah tempat diam kamu, dan kamu kekal di dalamnya.” (Al-An’am: 128).
BACA JUGA: Hati-hati Musyrik, Ini 5 Contoh Meminta Pertolongan kepada Jin
Demikianlah, jika telah berakhir waktu bersenang-senang maka yang tinggal adalah waktu siksaan. Maka tidaklah terpikirkan, jika waktu kekuturan dan berlaku syirik telah berakhir serta berakhir pula penikmatan mereka satu sama lain, berarti akan berakhir pula kerusakannya. Sungguh tidak demikian.
Pembahasan ini maksudnya adalah syetan mempermainkan orang-orang musyrik sehingga mereka menyembahnya dan menjadikannya serta anak keturunannya sebagai pelindung mereka selain Allah. []
HABIS
Referensi: E-book Manajenen Qalbu/Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah/Darul Falah/2005