JAKARTA–Wakil Presiden Jusuf Kalla heran dengan pelaku terorisme yang menyerang anggota kepolisian di Masjid Falatehan, Jakarta Selatan. Sebab, kata Kalla, pelaku ikut shalat bersama korban di masjid.
“Kalau dia Islam betul, masa orang ditikam,” kata Kalla di Kantor Wakil Presiden, Jakarta, Selasa (4/7/2017).
Menurut dia, aksi terorisme yang dilakoni seorang diri itu salah satunya tak lepas dari pengaruh teknologi.
Pola penyebaran paham radikal tidak hanya dilakukan secara langsung oleh kelompok-kelompok teroris. Namun, kata Kalla, kehadiran teknologi bisa membuat orang jadi radikal.
“Di samping ada yang baik ada juga radikalisme,” ucapnya.
Jumat (30/6/2017) lalu, dua anggota kepolisian menjadi sasaran aksi terorisme di Masjid Falatehan. Kedua korban diserang oleh Mulyadi dengan menggunakan sangkur.
Juru bicara Mabes Polri, Inspektur Jenderal Setyo Wasisto, menilai pola serangan di Masjid Falatehan mirip dengan teror di Markas Kepolisian Daerah Sumatera Utara pada 25 Juni 2017 lalu.
Kalla menambahkan upaya menangkal pemahaman radikal lewat teknologi tidaklah mudah. Sebab, ada banyak sekali konten yang beredar.
“Antisipasinya kan pemerintah menugaskan Menkominfo men-delete, memblokir, tapi karena miliaran jadi tidak semua bisa diblokir,” ucapnya.
Menanggapi sejumlah warga Indonesia yang baru kembali dari Suriah, Kalla menilai hal terpenting bagi mereka ialah memberikan lapangan pekerjaan.
“Karena mereka sudah dicuci otak, kita cuci otak kembali,” pungkasnya. []
Sumber: Tempo