SUATU hari di tahun 1994, saya diminta oleh ketua OSIS mengantar teman satu SMA yang rumahnya jauh di pelosok Purwakarta. Itu hari Jumat. Selepas Jumatan, menggunakan mobil kijang paling top zaman itu.
Di mobil hanya ada empat orang saja. Saya, sang ketua OSIS, teman yang mau diantar, dan sopir. Teman beda kelas ini biasanya ke sekolah menggunakan motor gedenya. Tapi ga tau juga kenapa dia hari itu tak membawa kendaraannya tersebut.
BACA JUGA: 2 Mangkuk Mie Ayam
Saya duduk di belakang. Sendirian. Selalu seperti biasanya, minoritas dalam minoritas hehehe… Sepulang dari rumah teman beda kelas itu, saya masih tetap duduk paling belakang. Mobil melewati satu kebun teh yang indah membentang luas. Udaranya sangat segar. Di satu titik kebun, pukul 14.00, satu desa di tengah-tengah kebun teh terlihat oleh saya. Ketua OSIS dan sopir kayaknya tak memperhatikan, dan asyik ngobrol.
Dalam hati, saya tiba-tiba ngomong (please, jangan diartikan ngomong sendirian kayak di sinetron-sinetron zaman now, sambil alisnya terangkat dan mulut memberengut). “Saya akan punya seorang istri dari daerah sini,” demikian ujaran itu. Saya juga ga tau kenapa saya ngomong tersebut, padahal ketika itu, saya tengah deket sama seorang adik kelas yang rumahnya tentu saja di kota, deketan sama saya—ayam sori ya, waktu SMA, saya pernah beberapa kali deket sama anak perempuan (ga penting).
Kejadian melintas itu hanya selintas pula. Mobil dengan cepat melesat lagi menuju kota. Saya pun lupa akan hal tersebut. Lupa selupa-lupanya.
BACA JUGA: Yang Dilakukan di Hari Lebaran …
Di tahun 2000, saya berkenalan dengan seorang gadis. Dua pekan setelah perkenalan itu, saya minta bertemu dengan orang tuanya untuk memintanya secara langsung. Dan alangkah kagetnya saya, ternyata rumah si gadis ini—jauh dan samar-samar saya ingat—adalah persis di perkampungan kebun teh yang pernah saya ucapkan dalam hati enam tahun sebelumnya. Gadis itu tentu saja sekarang sudah memberikan tiga orang anak untuk saya.
Begitulah keinginan dan jodoh. Kita tak pernah tahu apa yang dipersiapkan Allah SWT kepada kita. Ucapan adalah doa. Ucapkanlah dan berharaplah senantiasa yang baik-baik saja. []