Oleh: Daud Farma.
SEJATINYA memilih pasangan hidup bukan hanya oleh laki-laki saja, juga bukan hanya perempuan saja. Melainkan keduanya saling memilih, saling menentukan, saling menemukan, dan saling memudahkan.
Saya sebagai laki-laki seratus persen berhak menentukan siapa yang akan saya nikahi. Karena ia akan bagian daripada hidup saya untuk sepanjang usia bahkan hingga surga-Nya kelak. Maka harapan saya ialah tidak ada campur tangan oleh orang-orang sekitar saya, bahkan kedua orang tua saya.
Lalu kemudian karena saya juga anak yang penurut, ingin berbakti kepada kedua orang tua, saya dirawat hingga dewasa oleh mereka, saya sayang dan mereka juga sayang pada saya, saya juga tidak mentah-mentah menolak yang kedua orang tua saya carikan untuk saya.
BACA JUGA: Paket Jodoh Complete dari Allah
Saya akan pertimbangkan, misalnya: cantik, manis, putih, nasabnya baik, tak harus kaya asal ia setia, tak harus tinggi, dan poin terakhir yang mencangkup segalanya: shalihah. Maka demikian itu cukup. Dua poin yang mesti ada ialah: cantik dan putih.
Pun, hak sebagai perempuan dan hak laki-laki soal menentukan pasangannya adalah sama. Perempuan juga berhak memilih dan menikah dengan laki-laki yang ia cintai. Juga berhak soal kriterianya, mungkin: harus ganteng, putih, tinggi, kaya, oke biar tidak panjang narasi ini: shalih dan berakhlak.
Jika yang ditawarkan oleh kedua orang tua saya tidak melengkapi dua poin utama itu (tidak cantik dan tidak putih), maka sudah pasti saya tidak mau, tentu saya akan menolak. Betul memang, cantik adalah relatif, namun relatif saya telah teruji. Beberapa yang saya sukai, sukai saja tapi dia tidak tahu saya suka.
Nah beberapa ada yang saya tunjukkan akun sosial medianya ke teman-teman saya, dan mereka mengakui. Nah mereka harus mengakui, mesti lewat seleksi teman-teman dekat saya. (Terkesen enggak pede amat enggak sih?) Dan mereka pun demikian, kita saling terbuka menilai rupa.
Tapi barangkali soal mengakui ini tidak harus selalu terjadi juga, sebab sayang yang tulus meleburkan segala keraguan yang ada. Pun sama halnya jika perempuan juga melakukan hal serupa seperti kami, tidak masalah dan itu wajar. Kita tidak boleh asal kagum, asal suka dan langsung menerima begitu saja, perlu kita perhatikan bobot, bebetnya juga.
Kita sebagai anak laki-laki atau pun perempuan, bila keduanya telah saling mencintai, bahkan sejak jauh hari, ya harapan kita kepada kedua orang tua mengaminkan, merestui dan mengawinkan, bukan malah memisahkan.
Oke, kita sebagai anak yang mungkin dianggap tidak begitu tau soal rumah tangga, tidak begitu tau ini dan itu, ayo mari kita diskusikan dengan baik, dengan lapang dada tanpa harus memaksa. Jangan bawa-bawa keluarganya beginilah, bapaknya begitulah, ibunya entahlah sudah.
Hal-hal demikian itu hanyalah senjata ampuh orang tua untuk mengahalangi pernikahan anaknya. Memang setelah anak menikah, seberapa berperan anak dan mantu/menantu terhadap keluarga ayah-ibu dari keduanya? Bukankan anak juga punya kehidupannya sendiri di kemudian nanti?
Orang tua kita kan sering sekali bilang pada kita selaku anak, ” dengarkan cakap kami, pikirkan kedepannya, jangan hanya menuruti kata hatimu saja, jangan lawan cakap orang tua, nanti hidupmu tidak bahagia.”
Kalau kita menggunakan nalar kita dengan baik, sebenarnya kalimat seperti itu tidaklah benar begitu saja, dan itu tidak bisa dianggap semata-mata sebagai nasihat, apalagi sebagai aturan yang berefek akan menuai hukuman dari Allah jika kita tidak menurut, saya rasa tidak begitu.
Meskipun orang tua tetap memaknainya seperti itu: tidak menurut maka durhaka. Padahal esensi hukum jodoh tidak ada sangkut pautnya dengan harus menurut, menurut dalam urusan jodoh hanyalah sebagai bentuk hormat dan sayang pada ayah-ibu. Namun saya tidak ingin gara-gara pendapat ini anda akan melawan ayah-ibu anda.
BACA JUGA: Doa Minta Jodoh, Adakah dan Bolehkah Dilafalkan?
Jangan! Cobalah pahamkan mereka dengan baik, atau anda juga harus memahami mereka. Bisa jadi satu-satunya balasan yang bisa anda balas agar mereka senang ialah dengan anda menyerahkan jodoh anda pada mereka. Jika mereka senang bahagia, maka Allah pun ridha, insyaAllah berkah.
Oke, karena saya sebagai anak, barangkali orang beranggapan bahwa saya menulis ini karena saya tidak ingin jodoh saya diatur orang tua saya, menganggap saya sebagai penentang, oh tidak.
Tulisan ini saya tulis karena memang ide yang lewat di kepala saya, bukan pengalaman saya, bahkan hingga hari ini, 11/05/2022 saya belum pernah mengutarakan niat menikah pada kedua orang tua. Jadi ini murni niat hendak berdiskusi saja, bukan sebagai bentuk tidak terima karena mengalaminya, sekali lagi bukan.
Sebagai ayah dan ibu dari perempuan, jika kriteria di atas telah dipilih dengan baik oleh anaknya, semestinya ia ikut, mengakui, merestui. Sangat tidak baik jika bawa-bawa kejelekan keluarga laki-laki yang ia cintai, sungguh hal seperti itu membuat hatinya luka.
Baik, mungkin orang tua tidak begitu menanggapi soal luka hati, tapi coba pikirkan dengan baik, bukankah anda sebagai ayah dan ibu telah menghalanginya berbahagia? Atau di lain hal orang tua beranggapan bahwa kebahagiaan bisa didapatkan lagi dengan menjodohkannya dengan laki lain? Toh nanti setelah menikah dengan laki pilihan anda (ayah-ibunya) juga hidup bahagia.
Lagipula soal takdir kita mana tahu, yang penting anak kudu nurut pada ayah-ibu. Begitu. Bisa jadi laki pilihannya itu malah membuatnya sengsara nantinya?
Baik, sekarang saya posisikan diri saya sebagai ayah. Anggap saja saya telah menikah dan punya anak cowok dan cewek. Mungkin saja saya tidak begitu memilah-memilih dan mengharuskan soal pasangan jodoh anak laki-laki saya, apalagi jika punya tiga anak laki-laki.
Terserah mereka dah mau nikah yang mana saja, asalkan mereka senang dah. Tapi mungkin beda halnya dengan anak perempuan saya. Sepertinya saya pun akan banyak memberikan persyaratan. Bisa jadi saya akan menimbang kembali keluarga si pria, lebih-lebih calon suaminya itu sendiri. Betul-betul sayang pada anak perempuan satu-satunya.
Saya akan menyinggung banyak hal, ini-itu dan sebagainya, agar kehidupan anak perempuan saya seperti yang saya harapkan: ingin dia bahagia seumur hidupnya.
Apakah akan cukup jika ia telah shalih dan berakhlak? Bisa jadi saya juga merasa belum cukup jika hanya dua hal itu saya harus menerima lelaki yang ia cintai. Ternyata jika berposisi sebagai ayah apalagi ibu, betul-betul sulit kadang kala. Ada kedua orang tua yang terlalu memilih, apalagi kalau kedua orang tua punya masalah juga dengan calon besan, sulit itu! Dan ada juga yang tidak apa-apa, yang mana saja.
BACA JUGA: 5 Tanda-Tanda Jodoh
Jadi memang ada dua kejadian: sebagai anak tidak mau diatur soal jodohnya, dan sebagai orang tua tetap ingin ikut campur prihal jodoh anaknya.
Dan pastiya yang kita inginkan dan kita aminkan sama-sama tentu saja: orang tua dan anak sepakat segenap semuanya menerima. Semoga Anda yang demikian itu. Orang tua ridha, Allah pun ridha, alam dan seisinya jadi saksi bahwa anda adalah pasangan sedunia hingga sesurga. []
Gamaliyah Kairo, 11/052022