ANAS bin Malik mengatakan, ada seorang sahabat bernama Julaibib. Wajahnya kemerah-merahan, postur tubuhnya pendek, dan tidak begitu rupawan. Mengetahui bahwa ia tidak memiliki seorang istri, Rasulullah pun menawarkan padanya untuk menikah.
Julaibib berkata, “Nampaknya aku tak laku, wahai Rasulullah.”
Rasulullah menjawab, “Akan tetapi, di sisi Allah engkau bukanlah orang yang tidak laku.”
BACA JUGA: Istri Cantik untuk Si Buruk Rupa Julaibib
Lalu Rasulullah melamar seorang wanita dari kalangan Anshar untuknya. Wanita tersebut merasa bahwa kedua orang tuanya sedih karena nasib yang diterima puterinya itu.
Namun ayahnya juga kurang pas ketika tahu bahwa lamaran Rasulullah itu adalah untuk Julaibib, padahal ia juga telah menolak lamaran-lamaran lain yang datang kepada puterinya.
Lalu wanita itu membacakan Firman Allah, “Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka..” (QS. Al-Ahzab Ayat 36)
Wanita tersebut terus meyakinkan ayahnya bahwa tidak pantas bagi kita menolak perintah Rasulullah.
Sang ayah pun akhirnya luluh dan mau menikahkan puterinya dengan Julaibib. Ia berkata, “Wahai Rasulullah, terserah Anda. Nikahkanlah putriku dengan Julaibib.”
BACA JUGA: Si Buruk Rupa yang Jadi Rebutan Bidadari
Kemudian wanita itu berkata, “Aku ridha dan menerima apa yang telah diridhai oleh Rasulullah.”
Ketika mendengar jawaban itu, Rasulullah pun mendoakan kebaikan baginya dan berkata, “Ya Allah, limpahkanlah kepadanya kebaikan dan jangan persulit kehidupannya.”
Setelah beberapa hari pernikahannya, Julaibib berangkat berjihad bersama Rasulullah, dan ia pun gugur dalam perang tersebut. Setelah itu, isterinya menjadi seorang janda terkaya di kalangan Anshar. []
Sumber: Walid al-A’zhami, Nabi Muhammad di Hati Sahabat., hal 249, 250.