“Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan melipatgandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezeki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan.” (Q.S. al-Baqarah: 245).
SETELAH mendengar ayat tersebut yang baru saja turun melalui Nabi Saw. Hati Abu Dandah berdesir. Terbayang padanya alangkah beruntungnya berjualan dengan Allah karena keuntungan berlipat-lipat yang la janjikan.
Abu Dandah adalah sahabat yang berkecukupan. la memiliki kebun kurma dengan hasil panen yang melimpah dan berkualitas tinggi. Siapa pun pasti ingin mencicipi kurma hasil kebun Abu Dandah.
BACA JUGA:Â Tidak Sedekah dan Tidak Jihad, dengan Apa Engkau Masuk Surga?
Ada hal yang tidak dimengerti oleh Abu Dahdah mengenai ayat tersebut. Tanpa berpikir terlalu lama, Abu Dandah bangkit dan mendekati Rasulullah. “Wahai Rasulullah, bukankah Allah tidak membutuhkan bantuan apa pun dari kita? Lalu untuk apa Allah meminjam dari hamba-Nya.
“Itu benar. Allah tidak membutuhkan apa pun dari kalian. Allah ingin memasukkan kalian ke surga melalui pinjaman kalian,” jawab Rasulullah
Abu Dandah semakin penasaran. Nalurinya sebagai seorang pedagang mendorongnya untuk mencari keuntungan sebesar-besarnya. “Wahai Rasul, jika aku memberi pinjaman kepada Allah, apakah aku dijamin masuk surga oleh-Nya?”
“Ya, itulah janji Allah.”
“Alhamdulillah. Ulurkan tanganmu, wahai Rasulullah!”
Rasulullah mengulurkan tangannya. Abu Dandah memegang tangan beliau sembari berkata, “Aku memiliki dua kebun kurma yang letaknya di dataran tinggi dan dataran rendah. Aku meminjamkan semuanya untuk Allah.”
“Jangan kau pinjamkan semuanya, Abu Dandah. Pinjamkanlah satu untuk Allah dan yang lain untuk keperluan keluargamu,” jawab Rasulullah.
“Baiklah, wahai Rasul. Aku pinjamkan kebun terbaikku yang di dalamnya berisi 600 pohon kurma.”
“Allah akan menggantikannya dengan surga untukmu. Dia menggantikanmu kebun-kebun kurma di surga yang sulit sekali dihitung karena terlampau banyak jumlahnya.”
Mendengar jawaban Rasulullah, hati Abu Dandah berbunga-bunga. la segera pulang menemui istrinya yang tinggal di kebun yang ia pinjamkan. “Istriku, bawalah anak-anak keluar dari kebun ini!” pintanya.
BACA JUGA:Â Ketika Aisyah Meminta Izin Berjihad kepada Rasulullah
“Kenapa kau menyuruh kami keluar?” tanya Ummu Dandah tak mengerti.
“Aku telah meminjamkan kebun ini untuk Allah dan la membayarnya dengan surga.”
Ummu Dandah tersenyum. Tanpa merasa berat hati sedikit pun ia berkata, “Sungguh jual belimu mendapatkan keuntungan yang besar.”
Serta merta Ummu Dandah mendekati anaknya yang sedang memakan buah kurma hasil kebun mereka. “Anakku, keluarkan kurma yang ada di mulutmu. Kebun ini sekarang menjadi milik Allah!”
Abu Dandah dan istrinya lantas mengeluarkan anak-anak mereka yang masih kecil, berikut barang-barang mereka keluar kebun. Meski telah memiliki kebun kurma di surga, tak cukup pahala yang ingin diraih Abu Dandah. Ketika Perang Uhud berkecamuk, ia turut terjun ke medan laga. Abu Dandah gugur sebagai syahid karena melindungi Rasulullah.
Sumber: 77 Cahaya Cinta di Madinah/ Ummu Rumaisha/ al-Qudwah Publishing/ Februari, 2015