BERAPAKAH jumlah rakaat shalat tarawih yang sebenarnya? Karena kita tahu, ada yang melaksanakan 11 atau 23 rakaat.
Imam al-Bukhari dan lainnya meriwayatkan dari Aisyah ra:
عَنْ حجسْنِهِنَّ وَطجوِلِِنَّ ، ُثجَّ يجصَل ِى أَرْب َع ا فَالَ تَسَلْ عَنْ حجسْنِهِنَّ وَطجوِلِِنَّ ، ُثجَّ يجصَل ِى ثَالَث شْرَةَ رَكْعَة ، يجصَل ِى أَرْب َع ا فَالَ تَسَلْ يَزِيدج ِفِ رَمَضَا َ وَالَ ِفِ غَّيِْهِ عَلَى إِحْدَى عَ وَسَلَّمَ عَلَْيهِ اَّللَّج صَلَّى مَا كَا َ رَسجولج اَّللَِّ
Rasulullah ﷺ tidak pernah menambah, dalam bulan Ramadhan maupun di luar Ramadhan, lebih dari sebelas rakaat; Rasulullah ﷺ melaksanakan empat rakaat, jangan engkau tanya tentang bagus dan lamanya, kemudian beliau melaksanakan empat rakaat, jangan engkau tanya tentang bagus dan lamanya, kemudian melaksanakan shalat tiga rakaat.
BACA JUGA: Bolehkah Tidak Shalat Tarawih Selama Bulan Ramadhan?
Ucapan Aisyah ra, “Melaksanakan shalat empar rakaat”, tidak menafikan bahwa Rasulullah ﷺ mengucapkan salam setelah dua rakaat, berdasarkan sabda Rasulullah ﷺ: “Shalat malam itu dua rakaat, dua rakaat” صَالَة اللَّْيلِ مَو َْنَ مَو َْنَ
Jumlah Rakaat Shalat Tarawih:
Dan ucapan Aisyah ra, “Melaksanakan shalat tiga rakaat”, maknanya Rasulullah ﷺ melaksanakan shalat Witir satu rakaat dan shalat Syaf’ dua rakaat. Imam Muslim meriwayatkan dari ‘Urwah dari Aisyah ra, ia berkata:
وَسَلَّمَ عَلَْيهِ اَّللَّج صَلَّى أَ َّ رَسجولَ اَّللَِّ
كَا َ يجصَل ِى ِبِ للَّْيلِ إِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَة يجوتِرج مِْن هَا بِوَاحِدَةٍ
“Rasulullah ﷺ melaksanakan shalat malam sebelas rakaat, melaksanakan shalat witir satu rakaat daripadanya”.
Dalam beberapa jalur riwayat lain disebutkan:
يجسَل ِمج مِنْ كجلِ رَكْعَتَ ني ْ ِ
“Rasulullah ﷺ mengucapkan salam setiap dua rakaat Ibnu Hibban dan Ibnu Khuzaimah meriwayatkan dalam kitab Shahih mereka dari Jabir ra, bahwa Rasulullah ﷺ mengimami para shahabat shalat delapan rakaat dan shalat Witir. Kemudian mereka menunggu Rasulullah ﷺ pada malam berikutnya, akan tetapi Rasulullah ﷺ tidak keluar menemui mereka. Inilah yang shahih dari perbuatan Rasulullah ﷺ , tidak ada riwayat shahih lain selain ini.
Benar bahwa kaum muslimin melaksanakan shalat pada masa Umar, Utsman dan Ali sebanyak dua puluh rakaat, ini adalah pendapat jumhur Fuqaha’ (ahli Fiqh) dari kalangan Mazhab Hanafi, Hanbali dan Daud.
Jumlah Rakaat Shalat Tarawih:
Imam at-Tirmidzi berkata, “Mayoritas ulama berpegang pada riwayat dari Umar, Ali dan lainnya dari kalangan shahabat bahwa mereka melaksanakan shalat Tarawih dua puluh rakaat. Ini adalah pendapat Imam ats-Tsauri, Ibnu al-Mubarak dan Imam Syafi’i. Demikian saya mendapati kaum muslimin di Mekah, mereka melaksanakan shalat Tarawih dua puluh rakaat”.
Menurut Imam Malik shalat Tarawih tiga puluh enam rakaat, selain Witir. Imam az-Zarqani berkata dalam Syarh al-Mawahib al-Ladunniyyah, “Ibnu Hibban menyebutkan bahwa shalat Tarawih pada awalnya adalah sebelas rakaat, mereka melaksanakannya dengan bacaannya yang panjang. Lalu kemudian mereka merasa berat, maka mereka meringankan bacaan dan menambah jumlah rakaat.
BACA JUGA: 2 Keutamaan Shalat Tarawih
Mereka melaksanakan dua puluh rakaat selain shalat Syaf’ dan Witir, dengan bacaan sedang. Kemudian mereka meringankan bacaan dan menjadikan jumlah rakaat menjadi tiga puluh enam rakaat selain Syaf’ dan Witir. Kemudian mereka melaksanakan shalat Tarawih seperti itu”.
Jumlah Rakaat Shalat Tarawih:
Demikianlah, al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqalani berkata setelah menggabungkan beberapa riwayat, “Perbedaan tersebut berdasarkan kepada panjang dan pendeknya bacaan. Jika bacaannya panjang, maka jumlah rakaat sedikit. Demikian juga sebaliknya”.
Demikian juga menurut Imam adDawudi dan lainnya. Kemudian al-Hafizh menyebutkan bahwa penduduk Madinah melaksanakan shalat Tarawih tiga puluh enam rakaat untuk menyamai penduduk Mekah. Karena penduduk Mekah melaksanakan Thawaf tujuh putaran diantara dua waktu istirahat (pada shalat Tarawih). Maka penduduk Madinah membuat empat rakaat sebagai pengganti tujuh putaran Thawaf tersebut. []
Sumber: 30 Fatwa Seputar Ramadhan | Oleh: Syekh ‘Athiyyah Shaqar, Syekh DR. Yusuf Al-Qaradhawi, Syekh DR. Ali Jum’ah | Disusun dan Diterjemahkan Oleh: H. Abdul Somad, Lc., MA.