KOESNO atau Soekarno muda, ternyata pernah terpincut oleh noni-noni Holland alias gadis-gadis Belanda. Berbekal otak yang encer, wajah yang tampan, dan retorika bahasa yang memukau, sangat mudah bagi Soekarno untuk membuat para gadis bule itu klepek-klepek.
“Menurut pengakuannya sendiri,” tutur Wardoyo kakak kandung Soekarno, “Gadis Belanda yang pertama kali dipacarinya adalah Rika Meelhuysen. Ketika itu umur Soekarno baru 14 tahun.”
Motif awal Soekarno mendekati gadis Belanda, adalah sebagai upaya agar para pemuda pribumi dianggap sejajar dengan pemuda-pemuda bule. Tapi begitulah cinta, ia menyapa siapa saja tanpa pandang bulu. Soekarno malah beneran jatuh cinta sama Rika, bahkan ia sempat tergila-gila pesona gadis bunga tulip itu.
BACA JUGA: Kala Soekarno Bicara Hubungan Antara Negara dan Agama
Kalau berangkat atau pulang sekolah, Soekarno rela memutar ke arah rumahnya Rika demi melihat wajah manisnya. Rela membawakan buku-bukunya demi si dia kekasih belahan jiwa.
Soekarno benar-benar kasmaran pada Rika si gadis Eropa, hanya satu yang ditakutinya. Ialah Raden Sukemi, ayahnya yang terkenal benci sama Kaum Walanda penjajah itu. Kalau ketahuan ada hubungan dengan gadis Belanda, bisa dipukulnya pakai rotan yang kekar dan menyakitkan.
Suatu sore Soekarno asyik bercengkerama dengan Rika, mereka berdua boncengan di atas sepeda menelusuri jalanan desa. Pada sebuah tikungan sepedanya menabrak seorang lelaki tua yang juga sedang naik sepeda. Soekarno ketakutan, hatinya ciut dan nyalinya luntur seketika. Ternyata lelaki yang ditabraknya itu Raden Sukemi alias ayahnya yang selama ini ditakutinya.
Ternyata ayahnya tidak marah. Tapi buru-burulah Soekarno muda pulang ke rumah. “Nak,” kata Raden Sukemi, “Kau jangan khawatir. Aku tak akan marah karena kau bergaul dengan gadis Belanda itu. Hal itu baik sekali. Itulah jalan terbaik agar bahasa Belandamu menjadi lebih baik lagi.”
Semenjak kejadian ini darah Soekarno muda makin menggelora, bukan hanya pada Rika tapi pada gadis-gadis Belanda lainnya. Sebut saja Paulina Gobee, Laura, juga putri keluarga Raat.
Tapi yang paling membuatnya mabuk kepayang adalah Mien Hessels, gadis Belanda yang sangat jelita. Soekarno yang saat itu berusia 18 tahun benar-benar mabuk cinta.
“Rasanya dia bersedia untuk mati untuk Mien,” kenang Wardoyo, “Tidak ada yang diharapkan selain percintaan dengan penuh berani pada Mien.”
Dengan segenap keberanian dan luapan rasa cinta dalam dada, pemuda pemuda 18 tahun itu nekat menemui Mr. Hessel untuk melamar putrinya.
Hasilnya?
“Kamu? Inlander kotor seperti kamu berani-beraninya mendekati putriku? Enyah kau binatang kotor!”
Merasa terhina, malu, dan marah berkecamuk dalam dada Soekarno muda. Peristiwa ini melecut dirinya untuk bangkit, berjuang, dan mengangkat derajat bangsa agar dipandang sama di mata dunia.
BACA JUGA: Benarkah Obama Kecil Pernah Salaman dengan Presiden Soekarno?
Rasa cinta itu, seiring jalannya waktu mulai pudar dan pupus dalam hatinya. Berbagai kegiatan, belajar, diskusi, dan berorganisasi digelutinya hingga mengantarkan Soekarno pada posisi penting di negeri ini.
Jakarta tahun 1942. Tepat 23 tahun setelah cintanya ditolak keluarga Hessel, saat sedang berjalan Soekarno ditegur seorang wanita gemuk. “Bisakah kau tebak siapa aku?”
Soekarno melihat wanita itu, pikirannya menerawang mengingat siapa gerangan dia. Tapi mentok, benar-benar tidak ada gambaran tentangnya.
“Aku Mien Hessels,” wanita itu terkekeh. Sementara Soekarno kaget bukan kepalang. Setelah basa basi mereka pun berpisah.
“Huh, Mien Hessels!” lirih Soekarno, “Ratuku yang cantik seperti bidadari itu sudah berubah menjadi wanita sihir. Dengan cepat aku memberi salam padanya dan terus berjalan sambil mengucap syukur dan memuji Tuhan Yang Maha Penyayang karena telah melindungiku. Caci-maki yang telah dilontarkan ayahnya dulu sesungguhnya adalah rahmat yang terselubung bagiku. Kalau dipikir-pikir, dulu aku telah tertambat pada perempuan ini. Aku berterima kasih atas perlindungan Tuhan.” []