JAKARTA—Jurnalis Islam Bersatu (JITU) bertandang ke sekretariat INSISTS (Institute for the Study of Islamic Thought and Civilizations), di Kalibata, Jakarta Selatan, Ahad (17/02/2018).
Dalam kesempatan itu, JITU berdialog dan tukar pikiran dengan pengurus INSISTS Dr. Henri Shalahuddin mengenai jurnalisme Islam.
Dia berpesan, jurnalis Muslim harus mampu mengelola isu positif ke tengah ummat. Di antaranya adalah mempromosikan sisi positif sesama Muslim.
“Mendidik masyarakat dengan pemberitaan yang baik. Kita aktivis Muslim lebih suka nge-share kejahatan lawan daripada kebaikannya. Kita mengenalkan teman, bukan justru mempromosikan lawan,” ujar Dr Henri.
“Jangan semua yang kamu dengar ditulis. Karena landasannya jelas. ‘Cukuplah seseorang dikatakan berdusta, jika ia menceritakan setiap yang dia dengar’,” tuturnya mengutip sebuah hadits.
Lebih dalam, Dr Henri melihat, ummat Islam saat ini sedang dihantam dari berbagai penjuru yang berupaya memecah persaudaran seiman.
Kenyataan itu, menurutnya, sudah menjadi keniscayaan bahwa ada pihak-pihak yang tidak menginginkan ummat Islam terikat dalam simpul keimanan.
“Satu ayat yang paling dibenci kaum munafik adalah ‘innamal mu’minuuna ikhwah’ [QS 49:10]. Jadi persaudaran dalam Islam [yang dibenci] dilandaskan ukhuwatul iman, bukan didasari ideologis, nasab, geografis, atau kesukuan,” jelasnya.
Dalam konteks itu, Dr Henri memandang jurnalis Muslim memiliki ruang merajut persaudaraan Islam melalui pemberitaannya.
“Itu pahalanya luar biasa besar. Itu termasuk tugas-tugas jurnalis. Jadi kita mengedepankan husnuzhon,” kata Dr Henri.
Selain membahas jurnalisme, dalam pertemuan itu Dr Henri juga memberi kuliah singkat mengenai ushul fiqh.
Menurutnya, memahami salah satu cabang ilmu mendasar dalam Islam itu akan sangat bermanfaat bagi ummat Islam dalam menyikapi perbedaan madzhab.
Meskipun membahas persoalan serius, pertemuan berjalan dengan suasana santai dan sesekali senda gurau. []
Reporter: Tommy