SAYA beberapa kali baca ungkapan itu. Dan suka spontan aja tersenyum sendiri.
Dulu, sebelum saya ‘berpikir’, kalimat itu terasa lumrah dan biasa saja. Tapi, entah mulai kapan saya merasa kalimat itu tak pantas diucapkan, terutama untuk semua insan yang punya cita-cita tinggi, bermanfaat dalam hidupnya, dunia akhirat.
Bukankah, kalo kita sudah berjasa kepada orang lain artinya kita sudah bermanfaat? Syukur alhamdulilah bisa bermanfaat. Begitu seharusnya mungkin.
BACA JUGA:Â Jualan Itu ya Jualan Saja
Tapi, beberapa kali juga muncul di timeline rutukan orang yang dalam suasana bibir murukusunu mengungkit kebaikan yang pernah diperbuat dan menagih terima kasih, tapi ujung-ujungnya ada tulisan, “Gapapa lah, saya mah ikhlas” atau “semoga keikhlasan saya dan seterusny.a…”
Lucu nggak?
Saya sih nggak terganggu dengan yang pamer kebaikan, boleh, dan itu bisa memotivasi orang lain (yang nggak julid) untuk berbuat kebaikan atau lebih baik lagi. Tapiiii, kebaikan itu berasal dari kejernihan hati, jangan kotori hatinya, menganulir kebaikan itu dengan kalimat “Kacang Lupa Kulitnya” di kemudian hari.
BACA JUGA:Â Mak Edah
Lalu kebaikan-kebaikan sebelumnya malah jadi bagian dari perbuatan percuma.
Lagi pula…. Kacang nggak dimakan sama kulitnya, jadi si kacang yang dimakan akan melupakan kulitnya yang di buang ke tempat sampah. []