Oleh: Puji Kurniawati Rahman
SEMBURAT cahaya lampu menyentuh lembut tubuh membungkuk, berjalan dengan pelan mendekati tong- tong sampah. Terlihat mata sayu mulai menyapu setiap sudut dari tong sampah, mencari sesuatu yang ternyata adalah gelas plastik, mengumpulkan lalu membawanya pergi. Pergi dan akhirnya benar- benar pergi. Sampai hanya punggungnya yang terlihat. Menjauh dan semakin menjauh dari pandangan. Sedangkan mata masih setia menatap.
Sepasang kekasih renta. Kakek dan nenek. Mencari sesuap nasi dari gelas plastik.
Kisahnya berakhir sampai di situ. Tapi ibrohnya belum berakhir. Kita harus menjadi orang yang pandai memetik hikmah dari setiap episode yang kita lalui dalam hidup. Mencoba memaknai sesuatu yang meski tak nampak. Karena tak nampak bukan berarti tak ada.
Lantas apa yang kira- kita terlintas di benak orang- orang yang menyaksikan itu?
Sayangi kedua orang tuamu, Nak! Tidakkah kautahu betapa sulitnya mereka mengumpulkan semuanya untukmu?
Kau tidak akan bisa sanggup membayangkan perjuangan mereka. Karena mereka tidak akan pernah menceritakan secuilpun rasa sakit padamu, Nak. Yang mereka tahu hanyalah memberikan kebahagian padamu. Lalu bagaimana denganmu?
Ayoolah, Nak! Minimal kau menjadi pribadi yang baik. Terlebih jika kau mampu menjadi pribadi yang bermanfaat untuk mereka dan orang lain. Bukankah Rosululloh Muhammad kita juga berpesan bahwa sebaik- baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia?
Sapa selalu mereka, Nak. Jika sulit bertemu, sapa dalam doamu. Jangan sampai kita membiarkan mereka berjalan terseok-seok sedang kita duduk santai berleha-leha.
Semoga hidayah dan rahmat Alloh selalu menyapamu, Nak. Kita semua. Aamiin. []