BUMI merupakan tempat bagi kita untuk berpijak. Apa yang kita lakukan di dunia ini akan terlihat oleh bumi. Ya, bumi menjadi saksi atas apa yang kita perbuat.
Selain itu, ada pula langit. Di mana langit berperan sebagai atap. Dari padanya turunlah rezeki berupa hujan. Dan langit pun senantiasa melihat perilaku kita di dunia.
Tahukah Anda, seperti halnya manusia, ternyata bumi dan langit pun bisa menangis? Bahkan dalam sebuah sumber menyebutkan bahwa bumi dan langit menangis selama 40 hari. Hal ini dikarenakan sebuah peristiwa sedih yang terjadi di bumi. Lantas, apa peristiwa tersebut ?
Di suatu hari Abdullah bin Abbas didatangi oleh seorang tamu laki-laki. Ketika itu laki-laki tersebut bertanya, “Hai Abdullah bin Abbas, bagaimana pendapatmu tentang firman Allah dalam surat ad-Dukhan ayat 29? Yang berarti bahwa, ‘Maka langit dan bumi tidak menangisi mereka dan mereka pun tidak diberi tangguh’.”
Kemudian lelaki itu melanjutkan pertanyaannya, “Maka apakah bumi dan langit dapat menangisi kematian seseorang ?”
Maka Abdullah bin Abbas pun menjawab, “Ya, sesungguhnya tiada seorang makhluk pun melainkan mempunyai pintu di langit. Dan dari pintu di langit itu, diturunkan rezeki seorang makhluk dan melaluinya amal perbuatannya dinaikkan. Dan pintu langit itu akan tetap terbuka hingga seseorang wafat. Sehingga apabila seorang mukmin meninggal dunia, maka pintunya di langit tempat naiknya amal dan turunnya rezeki di tutup,” Jelas Abdullah bin Abbas.
“Karena ditutup itulah, langit merasa “kehilangan” sehingga langit pun menangisinya,” lanjut Abdullah bin Abbas.
Setelah pintu di langit tempat turunnya rezeki dan naiknya amal shaleh ditutup, maka selain langit ada pula tempat di bumi yang juga merasa kehilangan kemudian menangis.
Abdullah bin Abbas melanjutkan, “Dan tempat dia biasa mengerjakan shalatnya di bumi serta tempatnya biasa berdzikir kepada Allah, kesemuanya merasa “kehilangan”, sehingga bumi pun “menangisinya.”
Kemudian terkait penafsiran ayat 29 surah ad-Dukhan ini Abdullah bin Abbas menjelaskan bahwa, “Sesungguhnya kaum Fir’aun tidak memiliki jejak-jejak yang baik, tidak pula memiliki kebaikan yang dinaikkan ke langit kepada Allah. Oleh karenanya langit dan bumi tidak menagisi kematian mereka.”
Oleh sebab itu betapa mulianya orang berman yang kematiannya saja ditangisi langit dan bumi. Dalam penjelasan tafsir yang dikutip Imam Ibnu Katsir ini, Imam Mujahid juga menyampaikan salah satu pendapat yang dikutip Abdullah bin Abbas dari sebuah sumber bahwa bumi menangisi kematian seorang mukmin selama empat puluh hari.
Saat itu Mujahid bertanya, “Apakah bumi dapat menangis ?” Maka Abdullah bin Abbas menjawab, “Apakah engkau merasa heran? Mengapa bumi tidak menangisi kematian seseorang yang telah meramaikannya dengan rukuk dan sujud pada-Nya? Dan mengapa langit tidak menangisi kematian seorang hamba yang bertakbir dan tasbihnya berkumandang seperti suara lebah?”
Dengan demikian, apabila seseorang itu adalah seorang hamba yang mukmin, lalu ia meninggal dunia maka tentu saja bumi dan langit akan menangisi kepergiannya. Sebab telah berkurangnya jumlah orang mukmin yang beribadah kepada Allah. []