KH Hasyim Muzadi menghembuskan nafas terakhirnya Kamis (16/3/2017) pagi, setelah bergelut dengan sakit. Tokoh Nahdlatul Ulama itu wafat di usia 72 tahun.
Jenazah insyaallah akan diberangkatkan ke Pesantren al-Hikam Depok dari Malang bakda Zhuhur hari ini, dan akan dishalatkan di Masjid al-Hikam setibanya di pesantren.
BACA JUGA: Innalillahi, KH. Hasyim Muzadi Tutup Usia
Meski telah berpulang, petuah demi petuah KH Hasyim Muzadi, masih bermakna hingga saat ini. Salah satunya berasal dari pidato almarhum di tahun 2012 yang kala itu sangat menghebohkan. Berikut kutipan pidato almarhum KH Hasyim Muzadi.
“Selaku Presiden WCRP dan Sekjen ICIS, saya sangat menyayangkan tuduhan intoleransi agama di Indonesia. Pembahasan di forum dunia itu, pasti karena laporan dari dalam negeri Indonesia. Selama berkeliling dunia, saya belum menemukan negara Muslim mana pun yang setoleran Indonesia.
Kalau yang dipakai ukuran adalah masalah Ahmadiyah, memang karena Ahmadiyah menyimpang dari pokok ajaran Islam, namun selalu menggunakan stempel Islam dan berorientasi Politik Barat. Seandainya Ahmadiyah merupakan agama tersendiri, pasti tidak dipersoalkan oleh umat Islam.
Kalau yang jadi ukuran adalah GKI Yasmin Bogor, saya berkali-kali kesana, namun tampaknya mereka tidak ingin selesai. Mereka lebih senang Yasmin menjadi masalah nasional dan dunia untuk kepentingan lain daripada masalahnya selesai.
Kalau ukurannya pendirian gereja, faktornya adalah lingkungan. Di Jawa pendirian gereja sulit, tapi di Kupang (Batuplat) pendirian masjid juga sangat sulit. Belum lagi pendirian masjid di Papua. ICIS selalu melakukan mediasi.
Kalau ukurannya Lady Gaga & Irshad Manji, bangsa mana yang ingin tata nilainya dirusak, kecuali mereka yang ingin menjual bangsanya sendiri untuk kebanggaan intelektualisme kosong? Kalau ukurannya HAM, lalu di Papua kenap TNI/Polri/Imam Masjid berguguran tidak ada yang bicara HAM?
Indonesia lebih baik toleransinya dari Swiss yang sampai sekarang tidak memperbolehkan Menara Masjid, lebih baik dari Perancis yang masih mempersoalkan jilbab, lebih baik dari Denmark, Swedia dan Norwegia, yang tidak menghormati agama, karena di sana ada UU Perkawiman Sejenis. Agama mana yang memperkenankan perkawinan sejenis?!
Akhirnya kembali kepada bangsa Indonesia, kaum Muslimin sendiri yang harus sadar dan tegas, membedakan mana HAM yang benar (humanisme) dan mana yang sekadar westernisme”. []