ISLAM adalah agama yang sangat menekankan kerukunan dalam kehidupan sosial, tak hanya berfokus pada ibadah kepada Allah SWT saja. Rasulullah SAW telah memberikan contoh untuk berperilaku baik kepada sesama, dan tidak terbatas kepada orang muslim saja. Terutama dalam kehidupan bertetangga.
Contohnya adalah dalam masalah bertetangga. Suatu ketika istri Rasul, Sayyidah Aisyah ra meminta petunjuk Nabi.
Artinya: “Wahai Rasulullah, saya mempunyai dua tetangga. Kepada siapa saya perlu memberikan hadiah? Rasul menjawab, ‘Kepada orang yang pintunya paling dekat darimu’.” (HR. Bukhari)
BACA JUGA: Kualitas Iman Itu Dilihat Bagaimana Menghormati Tetangga dan Tamu
Memberikan hadiah bukanlah sebuah kewajiban. Namun apabila ada satu barang, dengan dua jumlah tetangga atau lebih, prioritas sasaran pemberian jatuh pada tetangga yang pintunya paling dekat dari rumah si pemberi.
Rasulullah SAW tidak menyarankan pilihlah agamanya yang paling Islam, tidak. Rasul menyarankan yang paling dekat. Sebab Rasulullah sedang mengajarkan tentang hak-hak bertetangga. Sedangkan kita tidak bisa lepas dengan peranan tetangga.
Dalam satu kesempatan, ada sahabat yang bertanya kepada Baginda Nabi Muhammad SAW.
“Sesungguhnya Fulanah melakukan ibadah malam dengan rutin, ia juga bersedekah, tapi ia menyakiti tetangga-tetangga dengan mulutnya.” Rasul pun kemudian menjawab: “Ia tak punya kebaikan sama sekali. Dia termasuk ahli neraka.”
Lalu Rasul ditanya lagi. Si Fulanah itu shalat hanya yang wajib-wajib saja. Dia menyedekahkan beberapa potong roti keju, namun dia tidak pernah menyakiti hati tetangganya. Rasul kemudian menjawab, ‘Dia termasuk ahli surga’.” (Lihat: Al-Baihaqi, Syu’abul Îmân, [Maktabah ar-Rusyd, Riyadl, 2003], juz 12, halaman 94).
Hadits di atas dapat memberikan pemahaman kepada kita bahwa pintu surga tidak hanya terbuka melalui satu jalan ibadah vertikal saja. Tapi harus dikomparasikan dengan hubungan baik secara horizontal. Ibadah malam, berpuasa di siang hari itu sangat baik apabila dibarengi dengan hubungan sosial yang bagus, terutama dalam masalah bertetangga.
BACA JUGA: Rasulullah, Sayyidah Aisyah, dan Seorang Tetangga Yahudi
Dalam bertetangga, Rasul juga pernah berpesan kepada Abu Dzar, untuk memperbanyak kuah saat memasak. Tujuannya, walaupun material masakan sedikit, apabila dipadu kuah yang banyak, tetap bisa berbagi kepada tetangga sebelah.
Pada hadits yang masyhur, dikatakan:
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka muliakanlah tetangga.” (HR Bukhari: 6019)
Hadis-hadis di atas memberikan pemahaman kepada kita bahwa ada hubungan yang erat antara keimanan seseorang dengan hubungan sosial, tertutama bertetangga. []
SUMBER: NU.OR.ID