Oleh: Tugiarti
Anggota Kelas Menulis Islampos
TATKALA perkara hisab—perhitungan amal baik dan buruk di yaumil mizan—telah selesai, maka masing-masing manusia memasuki tempat tinggalnya yang abadi. Penghuni surga akan memasuki surga, sementara mereka para penghuni neraka pun akan memasuki neraka.
Ketika itu—di tengah-tengah neraka, dalam rangka mencuci tangannya dari tanggung jawab kepada pengikutnya (hizbusyathon)—setan akan berkhotbah. Khotbah setan itu sendiri telah Allah abadikan dalam Al-Qur’an Surat Ibrahim ayat 22.
Setan menyeru para pengikutnya di neraka, ia lalu berkata,
“Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepadamu janji yang benar melalui lisan para Rasul-Nya, namun kalian tidak menaatinya. Jikalau kalian mau menaatinya, niscaya kalian benar-benar akan menjumpai kemenangan yang besar.”
“Dan aku pun telah menjanjikan kepadamu dengan kebaikan, tetapi aku menyalahinya. Janji tersebut tidak terealisasi dan harapan yang aku janjikan kepada kalian yang berupa impian-impian batil tidak pernah terwujud.”
“Sekali-kali tidak ada kekuasaan bagiku terhadap kalian. Melainkan sekedar aku menyeru, lalu kalian mematuhi seruanku. Inilah puncak tujuan yang aku canangkan, yaitu aku menyeru kalian kepada keinginanku. Dan aku mengkondisikannya agar nampak indah di mata kalian.“
“Kemudian kalian menyambut seruanku, lantaran kalian mengikuti hawa nafsu dan dorongan syahwat kalian. Oleh sebab itu, janganlah kalian mencercaku. Akan tetapi cercalah diri kalian sendiri. Aku sekali-kali tidak dapat menolong kalian. Aku bukan penolong dari kesulitan yang kalian alami. Dan kalian sekali-kali tidak dapat menolongku.”
“Sesungguhnya aku tidak membenarkan perbuatan kalian mempersekutukan aku dengan Allah sejak dulu. Aku berlepas diri dari tindakan kalian mempersekutukanku kepada-Nya. Aku bukan sekutu bagi Allah dan tidak wajib seseorangpun taat kepadaku. Sesungguhnya orang-orang yang zhalim, sebenarnya telah berbuat zhalim terhadap diri kalian sendiri dengan taat kepadaku.”
Setan hanya memiliki kekuasaan atas orang-orang yang mengambilnya menjadi pemimpin, dan atas orang-orang yang mempersekutukan Allah. Kemampuannya yang paling tinggi melontarkan berbagai macam syubhat—keragu-raguan—dan tipu daya.
Kekuasaan yang Allah tetapkan bagi setan adalah kemampuan melancarkan tipuan kepada para pengikutnya. Untuk berbuat maksiat dan benar-benar menyeret mereka ke dalamnya dengan kuat. Setan dan para pengikutnya mendapat siksaan yang pedih, kekal abadi di neraka selamanya.
Sedangkan terhadap orang-orang yang beriman dan bertawakal kepada Allah, setan tidak memiliki kekuasaan sama sekali. Adalah termasuk cerminan sifat kelembutan Allah kepada hambaNya dengan memperingatkan akan bahayanya taat kepada setan. Memberitahukan celah-celah yang digunakan untuk mengintervensi manusia. Memberitahukan tujuan setan terhadap manusia, yang tiada lain ingin menjerumuskan manusia ke dalam api neraka.
Setan saja mengakui bahwa janji Allah benar melalui lisan Rasul-Nya, lalu mengapa kita sebagai manusia masih sering menyelisihinya. Marilah kita menjalani hidup ini dengan mengikuti petunjuk Rasul-Nya. Memperbanyak dzikrullah dan memohon perlindungan Allah dari segala tipu daya setan. Sehingga cukup di dunia saja kita mengetahui isi khotbah setan. Jangan sampai menjadi pendengarnya di akhirat kelak. Wallahu a’lam. []
Referensi: Tafsir Al-Qur’an, Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di.