SUATU kali, saya dan seorang karyawan di kantor berbincang.
Ia bertanya, “Pak, ada sekian orang keluar dan masuk ke kita…”
‘Terus?”
“Apa bapak ga cape gitu menghadapi mereka?”
“Cape laah…”
BACA JUGA:Â Gaji Dokter
“Terus?”
“Ya ga ada terusannya lah. Namanya kerja, ya cape… Kamu diem aja kan cape…”
“Hihihi iya Pak…”
Saya tersenyum. “Namanya juga tempat kerja, orang keluar masuk itu biasa. Yang ga biasa itu adalah kita keluar dari satu tempat dengan cara yang tidak baik-baik. Biasanya akan terus susah kalau begitu…”
“Maksudnya, Pak?”
“Ya kalau dia keluar dengan tidak cara yang baik, bisa jadi tempat kerjanya ga baik, atau dianya yang ga baik. Atau dua-duanya ga baik-baik. Orang dewasa tuh, sepahit apapun, semua harus dan bisa dibicarakan. Kalau dia ga bisa bicara, ada yang salah dengan dia…”
“Iya, Pak…”
“Orang-orang yang datang dalam hidup kita, termasuk juga di tempat kerja, bisa jadi anugerah, bisa jadi pelajaran. Yang patut kita takutkan adalah kita tidak menjadi keduanya. …
“Kalau ada karyawan yang belum bisa, itu kita bisa ajarin.
“Kalau ada karyawan yang ga cakap, itu juga bisa kita upgrade…
BACA JUGA:Â Seberat Apa Ujianmu?
“Tapi kalau dia udah ga ada akhlak, ga punya respek sama orang yang lebih tua, ini susah diperbaiki. Saya ga pernah takut kehilangan orang seperti ini. Saya lebih memilih orang-orang biasa untuk bekerja dengan saya dibandingkan punya orang hebat namun ga bisa nempatin diri. Sehebat apapun dia. Itu ga bisa diubah.
“Cape memang dalam satu waktu harus terus berulang ngajarin oran10g, tapi itu berharga buat kita, berharga buat dia karena dia dapat ilmu. Dan karena itu pula lah, hidup kita, pekerjaan kita, menjadi berarti…”
Percakapan itu terhenti. Kehidupan dan pekerjaan adalah dua hal yang bersatu dalam keseharian kita. Di sini, kami menyebutnya keluarga. []
00