BUAT saya, tak ada yang lebih mengasyikkan selain berbicara berdua saja dengan istri. Sesekali sambil ngopi. Bisa pagi atau malam hari. Saya dan istri berbicara apa saja tak terbatasi. Cita-cita, keinginan-keinginan, informasi terkini, diskusi buku dan literasi, sepakbola, MotoGP, apa saja.
Makanya, saya seringkali meninggalkan gawai dan orang yang berusaha menghubungi mengira saya orang yang tak peduli.
BACA JUGA:Â Berenti Makan Mie
Nah, salah satu topik bahasan obrolan saya dan dia, adalah sesekali membicarakan orang sekitar kita. Bisa dekat karena jarak, atau bisa jadi karena secara emosional juga tak asing-asing amat. Saya sih merasa, saya jarang banget ngomongin orang lain ke orang lain lagi. Tapi ya kalau sama istri, tidak ada yang tidak kami bahas.
Mudah-mudahan sih bukan ghibah.
Dari sekian orang yang kami kenal, ada beberapa orang yang menjadi catatan buat kami berdua. Biasanya kami langsung sepakat terhadap jenis orang ini: orang yang hilang adab (terutama di ruang publik—ruang publik itu bukan cuma kerumunan orang langsung saja ya, di medsos juga gitu), orang yang sulit menerima nasihat (itu karena biasanya orang seperti ini sok pinter), dan yang terakhir adalah orang yang suka ngomongin orang.
Kenapa? Kalau ada orang yang suka ngomongin orang ke Anda, percayalah Anda lah yang diomongin jika ga ada ada atau ketika Anda punya masalah sedikit saja dengan dia.
BACA JUGA:Â Anak Kucing yang Tertabrak
Terhadap orang-orang ini, kami hanya membatasi diri secukupnya dan sewajarnya saja. Tidak berlebihan dan juga tidak mengurangi hak-hak dia sebagai sesama manusia. Saya kerap berdoa, untuk jenis orang ini, semoga Allah SWT mengizinkan saya tidak punya banyak kepentingan atau berinteraksi terhadapnya.
Cukuplah kiranya diri kami ini, saya dan istri, untuk tidak menambah khilaf karena berpikiran buruk terhadap orang lain. Demikian. []