SATU kali saya pernah berseloroh pada rekan-rekan kerja saya. “Seumpama kalian mau bahagia selama tiga hari,” ujar saya sambil menghentikan mentik satu tulisan, “ambilah cuti. Jangan buka kerjaan. Jangan bawa laptop. Jangan mikirin posting-an. You’d be surely happy because of that.”
Yang saya ajak ngomong, pada mingkem. Ada yang nggak peduli. Ada yang mungkin belum mengerti, atau mungkin juga ga merasa perlu dengan apa yang saya omongkan.
“Nah, kalau setelah tiga hari itu, kalian merasa bahagia terus, berarti kalian tidak klik dengan pekerjaan ini. So, find another way of your work. Hanya, jika setelah tiga hari tanpa kerja kalian jadi baper, galau, gelisah, maka begitulah, kebahagian tiga hari didapat jika kita cuti kerja.”
BACA JUGA: Di Ujung Jalan, Selalu Ada Jalan (1)
Kali ini ada yang melirik. Dan juga bertanya. Saya berpikir, mungkin mereka sedang berpikir bahwa jika tidak menanggapi pembicaraan saya, saya akan memotong gaji mereka (bujug, dah! Begitulah, kadang-kadang saya emang suka berpikiran negatip ke mereka).
“Hehehehe…..” salah seorang dari mereka nyengir.
“Nah,” saya melanjutkan. “Jika kalian merasakan bahagia selama tujuh hari, maka menikahlah. Saya sendiri merasakan, tujuh hari pernikahan itu dunia berasa milik berdua, saya sama istri aja. Setelah tujuh hari…. Hehehehe…”
Tampaknya mereka menunggu, apa yang akan saya katakan setelah ‘tujuh hari’ itu. Saya kali ini jadi berpikir bahwa mereka sedang berpikir bahwa pernikahan saya ga bahagia dan saya sering cekcok dengan istri saya.
“Tuh tanya B,” tunjuk saya ke B yang udah nikah. “Bener ga begitu…”
B cuma mesam-mesem ga karuan.
“Tapi,” saya closing, “jika kalian ingin bahagia seumur hidup… “
BACA JUGA: Kucing Itu Makhluk Crepuscular, Suka Bangun di Sepertiga Malam?
Semua menunggu.
“Jika kalian ingin bahagia seumur hidup, …. Cintailah apa yang kalian kerjakan. Cintailah apa yang kalian jalani setiap hari. Jika kalian mencintai pekerjaan kalian, di tempat ini, di tempat lainnya mungkin kelak, kalian akan tak akan pernah berhenti setiap kali bermasalah dengan pekerjaan kalian.
“Begitu juga dengan pernikahan kalian. Cintailah orang yang kalian nikahi. Jika kalian bisa, kalian akan selalu kembali manakala menemukan ketidakcocokan pada pasangan kalian. Cinta kalian pada pasangan kalian akan memberi definisi dan arah yang jelas pada hidup kalian, dan karenanya, kalian akan merasakan kebahagiaan sepanjang hidup kalian.”
Satu sama lain berpandangan. Saya kembali pura-pura mentik naskah. []