Oleh: Klara
“SAYA terima nikahnya dan kawinnya Adibah Syakila Azzahra binti Abdul arrafif dengan maskawin tersebut tunai.” ujar pria yang menjadi pusat perhatian tadi itu dengan tegas dan lantang.
Penghulu dan para saksi juga wali nikah pun serempak menjawab “sah”
Bidadari pada hari ini pun tampak memancarkan kebahagiaan dan terharu penuh syukur pada sang maha kuasa Allah SWT. Lihatlah sahabat terbaikku tambah cantik dengan balutan baju pengantin serba putih serta hijab dan cadar yang tetap istiqamah ia kenakan kini. Ia resmi menjadi istri dari pria yang di idamkannya selama ini. Muhammad Fadhil Rajendra dan Adibah Syakila Azzahra, terlihat serasi sekali dan membuat iri siapapun yang melihatnya.
Raja dan Ratu sehari itu sungguh ciptaan Allah yang hampir sempurna, tidak hanya paras mereka yang cantik dan menawan tapi akhlak nya pun sungguh mulia, insyaallah. Subhanallah, memang jodoh tidak ada yang tahu. Air mata haru pun tak terasa mengalir di pipi ku. Iya, aku terharu melihat dua sejoli itu kini resmi menjadi kekasih yang halal, dan aku berdoa semoga pernikahan mereka selalu berada di lindungan Allah SWT.
BACA JUGA: Penantian Sang Pengantin
Ya Allah, siapa yang tahu bila akhirnya mereka akan menjadi sepasang suami istri sekarang. Mengingat cerita di balik perjuangan hubungan mereka sebelumnya. Memang maha kuasa engkau. Aku teringat setiap curahan hati sahabatku mengenai pria idaman yang menjadi suami nya kini.
Dulu saat kami menjadi mahasiswa baru di unipersitas pendidikan di bandung. Dimana awal pertemuanku dengan Adibah yang merantau dari Poso, Sulawesi Tengah. karena takdir Allah dan memang kami memiliki banyak kesamaan membuat aku dan Adibah menjadi sahabat baik, hingga kini dan semoga hingga nanti. kami sering berbagi kisah mengenai masa lalu kami yang memang banyak meninggalkan kesan maupun hikmah di balik semua itu. Salah satu nya Adibah pernah bercerita kisah nya dengan suami nya kini.
Kisah ini di mulai saat dulu, dulu sekali. Saat Adibah masih duduk di kelas 5 SD. Di awal masuk sekolah setelah liburan sekolah ada seorang murid baru pindahan dari Jakarta bernama Muhammad Fadhil Rajendra. Anak baru itu memikat semua anak gadis di sekolah nya. Bahkan ia juga menjadi murid kesayangan para guru, selain memiliki otak yang pintar Fadhil juga orang yang gampang berbaur dan beradaptasi dengan teman-temannya. Hanya satu orang saja di sekolah nya yang bersikap biasa saja, dan menganggap Fadhil tak ada bedanya dengan yang lainnya. Bahkan Adibah menganggap Fadhil sangat lah menyebalkan.
Karena entah mengapa Fadhil selalu saja usil dan cari gara-gara pada Adibah. Katanya Fadhil sering menarik ikat rambut Adibah, yang saat itu memang belum mengenakan hijabnya, dan selalu mengkucir rambutnya. Akhirnya mereka sering kejar-kejaran memperebutkan ikat rambut itu. Dan itu semakin membuat Adibah kesal pada Fadhil. Mereka tidak pernah akur dan selalu bertengkar jika bertemu, sampai pada suatu hari sepulang sekolah, Adibah yang memang selalu pulang menggunakan sepedah kesayangannya itu hendak pulang sambil seperti biasa menikmati keindahan kabupaten Poso, Sulawesi tengah. Yang masih asri keindahan alam nya.
Tiba-tiba saja di tengah jalan yang sepi ada dua orang pria bertubuh besar mencegat Adibah, ia ketakutan. Namun, tiba-tiba ada seorang anak laki-laki yang menolongnya dengan menabrak salah satu pria tadi dengan sepeda nya. “Fadhil..” ucap Adibah pelan saat melihat siapa ya ng menolongnya. tetapi tidak hanya membuat pria tadi tersungkur Fadhil pun ikut terjatuh dan melukai tangannya hingga berdarah. Fadhil pun mencari akal mencari alat untuk melawan pria yang satunya. Akhirnya ada sebatang kayu dan ia pun tanpa takut memukulkannya kepada pria yang satunya itu.
Akhirnya kedua pria berbadan besar itu pun lari karena Adibah yang terus berteriak meminta tolong, “tolong.. tolong..” Adibah berteriak sambil menangis.
Kemudian Fadhil pun menghampiri Adibah “kamu gak apa-apa?” Tanya Fadhil khawatir.
Adibah mengangguk sambil terus menangis.
“udah gak usah nangis terus, ayo bangun kita pulang” Ajak Fadhil, Adibah pun menghentikan tangisnya dan melihat kearah Fadhil.
“tangan kamu..” tunjuk Adibah pada lengan Fadhil yang berdarah.
“udah gak apa-apa, anak laki-laki biasa luka kecil begini.” Jawab Fadhil.
BACA JUGA: Aku Tidak Cantik, Allah Tidak Adil?
Mereka pun pulang sambil mendorong sepedanya. Fadhil berjalan pincang akibat kakinya yang terluka juga. Adibah menatap iba, dan sangat berterima kasih karena Fadhil telah membantunya. Dan sejak saat itu lah hubungan Adibah dan Fadhil semakin dekat, dan mereka menjadi sahabat baik, kemana-mana selalu berdua, berangkat dan pulang sekolah bersama-sama, belajar bersama, dan bermain bersama. Merekapun menghabiskan liburan sekolah bersama-sama, mereka sering menghabiskan waktu di Pulau Madale yang lumayan dekat dengan rumah mereka. Mulai ada gejolak aneh di hati Adibah. Mungkinkan cinta monyet?.
Entahlah, karena Adibah tidak terlalu memikirkannya, yang pasti ia nyaman berteman dan dekat dengan Fadhil. Hingga suatu ketika tepat tanggal 2 juli di awal masuk sekolah di tahun ajaran baru bertepatan dengan hari ulang tahun Fadhil. Adibah tentunya sudah menyiapkan kado istimewa yang sudah ia siapkan jauh-jauh hari. Namun hari itu kabar dari ibu sinta guru kelas Adibah sungguh mengejutkan. “anak-anak, ibu ada berita sedih untuk kalian, mulai hari ini teman kita Fadhil tidak akan masuk sekolah kita lagi karena ia dan keluarganya sudah pindah rumah lagi karena ayahnya Fadhil di pindah tugaskan ke kota lain.”
Serasa petir di siang bolong Adibah merasa hancur, sedih ia tidak bisa mendengar lagi apa yang ibu Sinta katakan.
“kenapa? Pindah? Ini pasti bohong. Kenapa Fadhil tidak bilang apapun?” Adibah terus bergelut dengan pikirannya ia kecewa dan juga merasa kehilangan. Waktu berlalu, Adibah masih murung karena kepindahan Fadhil yang tiba-tiba itu. Bahkan hingga masuk SMP tak pernah Adibah melupakan teman baiknya itu. Hingga setiap malam kadang Adibah terbangun karena mimpi buruk tentang Fadhil. Namun saat masuk SMA Adibah sudah tidak pernah memikirkan Fadhil lagi dan disibukkan dengan kegiatan baru, teman baru, sekolah baru, dan lingkungan baru tentunya.
Saat SMP Adibah sudah memutuskan untuk belajar memakai jilbab ia selalu teringat dengan ucapan Fadhil “perempuan cantik itu yang pakai jilbab, lagian pakai jilbab itu kan wajib bagi perempuan”.
Tapi mungkin akibat pergaulan saat menginjak kelas 1 SMA, banyak teman-temannya mengenal yang namanya “PACARAN” Adibah sempat terbawa arus dan memiliki seorang pacar namun hal itu tidak membuat Adibah bahagia, malahan ia selalu gelisah entah kenapa.
Hingga suatu malam, tiba-tiba Adibah bermimpi berada di taman bunga yang indah namun tiba-tiba ia terperosok masuk kedalam jurang lalu ia tiba-tiba ada di tengan-tengan hutan dengan kabut yang sangat tebal dan tidak terlihat apapun, juga ada seorang laki-laki dalam mimpinya memanggil Adibah. Adibah merasa mengenal suara itu, tapi siapa. “Adibah..” panggil suara itu lalu ada sebuah pohon besar dan ada hurup “M.F.R” tertulis di batang pohon itu.
“Adibah..” panggil suara itu, Adibah melihat siluet putih bergerak menjauhinya, siluet pria itu Adibah serasa mengingatnya.”siapa kamu?” Tanya Adibah. Namun siluet itu hilang, dan membuat Adibah terbangun. “astagfirullah, mimpi apa aku barusan.?” Gumam Adibah.
Keesokan harinya Adibah menceritakan perihal mimpinya itu pada teman sebangku nya.
“M.F.R.. Siapa tuh?” Tanya temannya,
“perasaan kamu gak punya temen deket yang namanya dari M/F/R. pacar kamu juga kan Adam, gak ada huruf kaitannya.”
Entah lah, Adibah masih menganggap mimpi itu sebuah misteri. Banyak kisah yang terjadi di SMA yang menjadi kan Adibah semakin dewasa dan menjadi pribadi yang lebih baik, salah satunya saat ia tau kekasihnya Adam berselingkuh dengan sahabat baik Adibah. Hal itu sungguh membuat Adibah sakit hati tentunya, dan sejak itu mimpi tentang laki-laki misteri muncul lagi, dan menghantui Adibah setiap malam. Sejak itu pula Adibah memutuskan menggunakan hijab dengan istiqomah dan terus mendekatkan diri pada Allah SWT. Sejak itu Adibah merasa hati nya damai. Pikirannya tenang. Hingga saat lulus SMA, Adibah dikejutkan dengan pesan yang dikirim ke social media facebook miliknya. Pemilik nama akun “M.Fadhil.R”
“Assalamu’alaikum wr.wb.”
Isi pesan itu singkat, namun mampu membuat jantung Adibah berdebar dan membuat ia teringat akan kenangan indah sekaligus pahit di masa lalu nya. Yah, Muhammad Fadhil Rajendra, sahabat kecilnya yang tiba-tiba menghilang dari hadapannya. Dari hidup nya. Ia ingat mimpi nya yang masih jadi misteri “M.F.R” jadi itu kamu Fadhil.
“Astagfirullah, bagaimana bisa aku melupakan kamu.” Adibah pun mengirim pesan balasan pada Fadhil.
“Wa’alaikumsalam, subhanallah. Benarkah ini Fadhil sahabatku? Apa kabar kamu? Aku pikir kamu sudah tidak mengingatku lagi.”
BACA JUGA: Rahasia Ibu
Dan pesan-pesan itupun terus berlanjut. Mereka saling berbagi cerita dan kabar. Dan Adibah kini tau bahwa saat ini Fadhil sedang menuntut ilmu di Pondok Pesantren di Gontor, Gorontalo sejak ia masuk SMP. Dan tentu saja semakin membuat kagum Adibah karena menurutnya sakarang Fadhil semakin baik Akhlaknya, insyaallah. Mereka pun saling memberi semangat, terlebih saat Adibah terpuruk karena ia tidak di terima di perguruan tinggi keinginannya.
Fadhil terus menyemangati Adibah agar tidak putus ada dan menyerah meraih mimpi dan cita-cita nya. Hingga pada akhirnya setahun kemudian Adibah memutuskan merantau ke pulau Jawa. Tepat nya Jawa Barat. Dan bertemu denganku. Adibah dan Fadhil tidak lah menjalin hubungan “Pacaran” meski mereka sangat dekat, karena mereka memiliki prinsip untuk tidak melakukan larangan Allah. Dan mereka pun tidak pernah mengungkapkan isi hati mereka masing-masing.
Hingga suatu ketika rintangan itu datang lagi. Adibah tidak bisa berhubungan dengan Fadhil karena peraturan yang ada di pondok pesantrennya. Setahun berlalu Adibah terus menunggu. Hingga Fadhil memberi kabar namun bukan kabar yang menyenangkan bagi Adibah. Fadhil mendapatkan beasiswa ke perguruan tinggi di Mesir. Namun Adibah menyembunyikan kesedihannya itu dan ikut berbahagia karena memang itu hal yang sangat di ingitkan Fadhil.
Dan ia percaya bahwa jika mereka berjodoh mereka pasti akan di pertemukan kembali oleh Allah, di waktu yang tepat. Ia yakin bahwa rencana Allah selalu indah, melebihi apa yang di rencanakan nya. Allah lebih tahu apa yang baik untuk kita. Kami pun, aku dan Adibah sepakat untuk fokus mengejar cita-cita kami dan meraih mimpi-mimpi kami. Kami terus memperbaiki diri dan mendekatkan diri pada sang maha kuasa Allah SWT. Hingga kami berhasil lulus di perguruan tinggi daan Adibah pulang ke kampung halamannya di POSO.
Dan suatu ketika aku mendapatkan kiriman undangan dari sahabatku itu, tertera nama Adibah syakila Azzahra & Muhammad Fadhil Rajendra. Aku bisa membayangkan betapa bahagia nya Adibah saat itu, dan sekarang berdirilah mereka di atas pelaminan itu berkali-kali lipat kebahagian Adibah, aku tahu. Mereka dipertemukan kembali di Pulau Madale tempat mereka menghabiskan waktu bersama dulu. Dan saat itu juga Fadhil mengutarakan niatnya untuk melamar Adibah, Sungguh Adibah menangis penuh syukur ketika tiba-tiba keesokan harinya Fadhil membawa kedua orang tuanya kerumah Adibah untuk melamarnya.
BACA JUGA: Tersesat
Keesokan hari nya di pesawat saat hendak pulang ke Bandung aku teringat kisahku yang hampir sama dengan Adibah. Ada seorang pria yang selalu ada dalam doaku sejak aku duduk di bangku SMP. Aku sangat berharap bertemu dengannya. Namun hingga sekarang aku tidak pernah bertemu dengannya sekalipun. Kenangan tentang dia kembali berputar di kepalaku. Namun, ya sudahlah. Aku yakin Allah punya rencana lain yang jauh lebih indah.
Dan aku yakin “Jodoh Pasti Bertemu” buktinya meski waktu dan jarak memisahkan tapi mereka akan di pertemukan lagi di waktu yang tepat dan indah. Tiba-tiba saja di bandara, ada seorang pria menabrakku, dia menoleh sedikit dan meminta maaf dengan terburu-buru.
“Maaf..” ucapnya singkat. Namun mengingatkanku pada seseorang yang aku pikirkan tadi di pesawat. Suaranya aku ingat. Aku pun menoleh, dan ternyata pria tadi pun menoleh.
“Alya shakila?” panggilnya. Sungguh, suara ini benar-benar masih aku ingat.
“Arkhan Hamizan?” tanyaku. Dia mengangguk.
Sungguh rencana Allah selalu jauh lebih indah. []
Purwakarta, Februari 2017